Pemerintah segera bangun barak pengungsi gempa
8 Oktober 2018 12:55 WIB
Wakil Presiden Jusuf Kalla meninjau tenda pengungsian warga korban gempa bumi dan tsunami di Palu, Sulawesi Tengah, Jumat (5/10/2018). (Biro Pers Setwapres)
Palu (ANTARA News) - Gubernur Sulawesi Tengah Longki Djanggola mengatakan pemerintah segera membangun barak pengungsi atau hunian sementara korban gempa dan tsunami di Kota Palu, Sigi dan Donggala.
"Sementara kita cek lokasinya. Palu mau dibangun dimana. Sigi dan Donggala mau dibangun dimana, itu nanti kita lihat lokasinya," kata Longki di Palu, Senin.
Ia mengatakan pembangunan barak pengungsi itu dilakukan agar pengungsi yang masih bertahan di tenda-tenda pengungsian karena kehilangan tempat tinggal segera dipindahkan ke barak pengungsian.
Langkah itu dilakukan untuk mempercepat penanganan pengungsi pascagempa sehingga tidak ada lagi pengungsi yang tinggal di tenda-tenda pengungsian.
"Kami buat hunian sementara dulu, setelah itu baru kita melangkah ke pembangunan rumah pengganti. Itu mungkin satu type. Ada ketentuannya. Tapi itu nanti," kata Longki.
Sementara itu Asisten II Sekretariat Provinsi Sulawesi Tengah Bunga Elim Somba menjelaskan, rencananya Senin ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan melakukan survei lokasi yang layak untuk pembangunan barak pengungsi tersebut.
"Untuk korban Petobo kemungkinan di bangun di Ngata Baru (di atas Petobo), sementara di Balaroa kemungkinannya di Gawalise, Kelurahan Duyu," katanya.
Petobo dan Balaroa adalah dua kelurahan terparah yang terkena dampak gempa 7,4 Scala Richter pada Jumat (28/9) petang dengan tanah terangkat ke permukaan disertai lumpur (likuifkasi). Selain di dua tempat itu, likuifaksi juga terjadi di Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan di Balaroa ditemukan 82 korban tewas dan di Petobo 104 orang.
Sementara bangunan rusak dan hilang di Balaroa sebanyak 1.045 unit di atas areal 47,8 hektare. Di Petobo terdapat 2.050 bangunan rusak dan hilang di atas area 180 hektare.
Sementara di Kabupaten Sigi yakni Desa Jono Oge terdapat 366 unit bangunan rusak di atas areal 202 hektare.
Tiga lokasi tersebut kata Elim, tidak layak lagi dijadikan lokasi pemukiman sehingga seluruh warga harus direlokasi.
Elim mengatakan para korban bencana paling mengerikan itu akan ditampung di hunian sementara yang akan dibangun oleh Kementerian PUPR.
Dijelaskan Elim, satu barak pengungsi dapat menampung lima sampai 10 kepala keluarga.
"Itu lengkap dengan MCK (mandi, cuci, kakus)," katanya.
Status lahan tersebut kata Elim bersifat pinjaman dari masyarakat maupun lahan milik pemerintah sehingga masyarakat tidak berhak menempati selamanya.
Dia mengatakan jika proses pembangunan barak tersebut selanjutnya akan dilakukan pembangunan pengganti rumah permanen yang kemungkinannya akan dibangun di atas hak guna usaha milik pemerintah Kota Palu.
"Tapi ini prosesnya panjang. Kita bangun hunian sementara dulu," katanya.
Baca juga: 50 hunian sementara akan dibangun di Desa Lolu
"Sementara kita cek lokasinya. Palu mau dibangun dimana. Sigi dan Donggala mau dibangun dimana, itu nanti kita lihat lokasinya," kata Longki di Palu, Senin.
Ia mengatakan pembangunan barak pengungsi itu dilakukan agar pengungsi yang masih bertahan di tenda-tenda pengungsian karena kehilangan tempat tinggal segera dipindahkan ke barak pengungsian.
Langkah itu dilakukan untuk mempercepat penanganan pengungsi pascagempa sehingga tidak ada lagi pengungsi yang tinggal di tenda-tenda pengungsian.
"Kami buat hunian sementara dulu, setelah itu baru kita melangkah ke pembangunan rumah pengganti. Itu mungkin satu type. Ada ketentuannya. Tapi itu nanti," kata Longki.
Sementara itu Asisten II Sekretariat Provinsi Sulawesi Tengah Bunga Elim Somba menjelaskan, rencananya Senin ini Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akan melakukan survei lokasi yang layak untuk pembangunan barak pengungsi tersebut.
"Untuk korban Petobo kemungkinan di bangun di Ngata Baru (di atas Petobo), sementara di Balaroa kemungkinannya di Gawalise, Kelurahan Duyu," katanya.
Petobo dan Balaroa adalah dua kelurahan terparah yang terkena dampak gempa 7,4 Scala Richter pada Jumat (28/9) petang dengan tanah terangkat ke permukaan disertai lumpur (likuifkasi). Selain di dua tempat itu, likuifaksi juga terjadi di Desa Jono Oge, Kabupaten Sigi.
Data Badan Nasional Penanggulangan Bencana menyebutkan di Balaroa ditemukan 82 korban tewas dan di Petobo 104 orang.
Sementara bangunan rusak dan hilang di Balaroa sebanyak 1.045 unit di atas areal 47,8 hektare. Di Petobo terdapat 2.050 bangunan rusak dan hilang di atas area 180 hektare.
Sementara di Kabupaten Sigi yakni Desa Jono Oge terdapat 366 unit bangunan rusak di atas areal 202 hektare.
Tiga lokasi tersebut kata Elim, tidak layak lagi dijadikan lokasi pemukiman sehingga seluruh warga harus direlokasi.
Elim mengatakan para korban bencana paling mengerikan itu akan ditampung di hunian sementara yang akan dibangun oleh Kementerian PUPR.
Dijelaskan Elim, satu barak pengungsi dapat menampung lima sampai 10 kepala keluarga.
"Itu lengkap dengan MCK (mandi, cuci, kakus)," katanya.
Status lahan tersebut kata Elim bersifat pinjaman dari masyarakat maupun lahan milik pemerintah sehingga masyarakat tidak berhak menempati selamanya.
Dia mengatakan jika proses pembangunan barak tersebut selanjutnya akan dilakukan pembangunan pengganti rumah permanen yang kemungkinannya akan dibangun di atas hak guna usaha milik pemerintah Kota Palu.
"Tapi ini prosesnya panjang. Kita bangun hunian sementara dulu," katanya.
Baca juga: 50 hunian sementara akan dibangun di Desa Lolu
Pewarta: Adha Nadjemudin
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018
Tags: