Terimbas obligasi AS, rupiah kembali melemah
8 Oktober 2018 10:02 WIB
Petugas teller menghitung pecahan uang rupiah di Kantor Pusat Bank Mandiri, Kamis (28/6/2018). Data kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia menunjukkan, nilai tukar rupiah melemah ke posisi Rp14.271 per dolar AS atau yang terlemah sejak tiga tahun terakhir akibat sentimen market maupun faktor yang sifatnya fundamental. (ANTARA FOTO/Wahyu Putro A)
Jakarta, (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Senin pagi, kembali melemah sebesar 7 poin menjadi Rp15.190 dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.183 per dolar AS.
Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin mengatakan bahwa naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) membuat daya tarik masuknya dana-dana ke pasar AS, sehingga memperkuat mata uang dolar AS.
"Imbal hasil untuk obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun naik menjadi 3,22 persen, tertinggi sejak Mei 2011," paparnya.
Ia mengemukakan naiknya imbal hasil obligasi AS itu seiring respons pelaku pasar terhadap turunnya angka pengangguran di Amerika Serikat untuk bulan September menjadi 3,7 persen.
Kendati demikian, ia mengatakan, kemungkinan Bank Indonesia akan menjaga fluktuasi rupiah sehingga menahan tekanan lebih dalam. Diproyeksikan, rupiah akan bergerak di kisaran antara Rp15.180-Rp15.190 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan tren naik harga minyak mentah dunia dan kembali turunnya cadangan devisa turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
"Indonesia memerlukan dolar AS untuk impor minyak, kondisi itu akan menggerus cadangan devisa semakin banyak," katanya.
Baca juga: Pelemahan rupiah berlanjut jadi RP15.190
Baca juga: Atasi depresiasi rupiah, Menkeu beri sinyal tambah kebijakan
Ekonom Samuel Aset Manajemen, Lana Soelistianingsih di Jakarta, Senin mengatakan bahwa naiknya imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) membuat daya tarik masuknya dana-dana ke pasar AS, sehingga memperkuat mata uang dolar AS.
"Imbal hasil untuk obligasi pemerintah AS dengan tenor 10 tahun naik menjadi 3,22 persen, tertinggi sejak Mei 2011," paparnya.
Ia mengemukakan naiknya imbal hasil obligasi AS itu seiring respons pelaku pasar terhadap turunnya angka pengangguran di Amerika Serikat untuk bulan September menjadi 3,7 persen.
Kendati demikian, ia mengatakan, kemungkinan Bank Indonesia akan menjaga fluktuasi rupiah sehingga menahan tekanan lebih dalam. Diproyeksikan, rupiah akan bergerak di kisaran antara Rp15.180-Rp15.190 per dolar AS.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan tren naik harga minyak mentah dunia dan kembali turunnya cadangan devisa turut mempengaruhi pergerakan rupiah.
"Indonesia memerlukan dolar AS untuk impor minyak, kondisi itu akan menggerus cadangan devisa semakin banyak," katanya.
Baca juga: Pelemahan rupiah berlanjut jadi RP15.190
Baca juga: Atasi depresiasi rupiah, Menkeu beri sinyal tambah kebijakan
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Faisal Yunianto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: