Singapura (ANTARA News) - Harga minyak turun di perdagangan Asia pada Senin pagi, setelah seorang pejabat pemerintah AS mengatakan Washington sedang mempertimbangkan pemberian keringanan terhadap sanksi-sanksi terhadap ekspor minyak mentah Iran bulan depan.

Sementara itu, Arab Saudi mengatakan akan menggantikan potensi kekurangan dari pasokan minyak mentah Iran.

Patokan internasional, minyak mentah Brent untuk pengiriman Desember berada di 83,53 dolar AS per barel pada pukul 00.28 GMT (07.28 WIB), turun 63 sen AS atau 0,75 persen, dari penutupan terakhir mereka.

Minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November turun 39 sen AS atau 0,5 persen, menjadi diperdagangkan di 73,95 dolar AS per barel.

Sanksi-sanksi AS akan menargetkan ekspor minyak mentah Iran mulai 4 November, dan Washington telah menekan pemerintah-pemerintah serta perusahaan-perusahaan di seluruh dunia untuk memotong impor mereka dari Iran hingga nol.

Baca juga: Harga minyak catat kenaikan mingguan jelang sanksi terhadap Iran

Namun, seorang pejabat pemerintah AS mengatakan pada Jumat (5/10) bahwa negara itu dapat mempertimbangkan pengecualian bagi negara-negara yang telah menunjukkan upaya untuk mengurangi impor minyak mentah mereka dari Iran.

Lebih lanjut membebani harga minyak. Stephen Innes, kepala perdagangan untuk Asia Pasifik di broker berjangka Oanda di Singapura, mengatakan "Ada juga obrolan bahwa Arab Saudi telah menggantikan semua minyak yang hilang dari Iran".

Tetapi Innes memperingatkan bahwa produksi cadangan terbatas untuk mengatasi gangguan pasokan lebih lanjut, berarti "kapasitasnya dengan cepat menurun karena permintaan Asia yang tak terpenuhi".

Jumlah rig pengeboran minyak AS turun untuk minggu ketiga berturut-turut, karena meningkatnya biaya dan kemacetan jaringan pipa telah menghambat upaya pengeboran baru sejak Juni.

Perusahaan-perusahaan pengeboran mengurangi dua rig minyak dalam seminggu yang berakhir 5 Oktober, sehingga jumlah rig yang beroperasi turun menjadi 861 rig, perusahaan jasa energi Baker Hughes mengatakan dalam laporan mingguannya pada Jumat (5/10).

Itu adalah rentetan pengurangan jumlah rig mingguan terpanjang sejak Oktober tahun lalu. Demikian laporan yang dikutip dari Reuters.

Dengan sanksi-sanksi Iran masih di atas meja, potensi kendala kapasitas cadangan dan juga perlambatan dalam pengeboran AS, bank AS JPMorgan mengatakan dalam prospek lintas-aset terbaru untuk para klien bahwa pihaknya merekomendasikan untuk "tetap di posisi jangka panjang WTI Januari 2019 karena risiko-risiko pasokan minyak mentah".

Baca juga: Pedagang bertaruh harga minyak tembus 100 dolar tahun depan

Baca juga: Ini dua penyebab kurs rupiah tembus Rp15.000