Menlu Pompeo berharap pembicaraan dengan Kim di Pyongyang akan mengarah pada denuklirisasi
8 Oktober 2018 00:18 WIB
Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo, kanan, dan Kim Yong Chol, kiri, pejabat senior partai berkuasa Korea Utara dan mantan kepala intelijen, tiba untuk makan siang di Park Hwa Guest House di Pyongyang, Korea Utara, Sabtu (7/7/2018). (Andrew Harnik/Pool via Reuters)
Seoul (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Mike Pompeo mengharapkan pada Ahad ia dapat mengadakan pembicaraan dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un tentang upaya menghentikan program senjata nuklir yang berpotensi mengancam Amerika Serikat.
Pompeo memasang sebuah foto dirinya di Twitter Ahad melambaikan tangan dari pintu pesawat pemerintah AS di Tokyo dengan tulisan: "Tujuan berikut #Pyongyang bertemu dengan Ketua Kim dan melanjutkan pekerjaan kami untuk memenuhi komitmen-komitmen yang telah dibuat di #pertemuanpuncaksingapura."
Pompeo, yang mengadakan lawatan keempat ke Pyongyang, mengatakan di Twitter pada Jumat dia akan "meneruskan usaha-usaka kami membangun jalan menuju wilayah bebas senjata nuklir atau denuklirisasi (Korea Utara)."
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS tak dapat segera mengonfirmasi ketibaan Pompeo di Pyongyang karena dari sana komunikasi ke luar terbatas, demikian Reuters melaporkan.
Baca juga: Pompeo tidak lihat ketegangan dengan China ganggu pembicaraan Korea Utara
Pompeo mengunjungi Jepang pada Sabtu dan diperkirakan tiba di Seoul Ahad malam. Dia juga dijadwalkan berkunjung ke Beijing sebelum kembali ke AS pada Senin.
Ketika berbicara kepada wartawan dalam perjalanan ke Tokyo, Pompeo mengatakan tujuannya ke Pyongyang ialah meyakinkan pemahaman atas yang masing-masing pihak berusaha mencapainya. Dia juga berharap dapat menyetujui "tanggal umum dan lokasi" bagi pertemuan puncak kedua antara Presiden AS Donald Trump dan Kim Jong-un menyusul pertemuan pertama mereka di Singapura pada Juni.
Kunjungan terakhir Pompeo ke Korea Utara gagal untuk membuat kemajuan dengan Pyongyang mengecam dia mengajukan "tuntutan seperti gangster".
Baru-baru ini, dia membuat marah Korea Utara dengan menyatakan sanksi internasional harus tetap berlaku sampai Pyongyang menghentikan senjata nuklirnya.
Pada Rabu, dia mengatakan ada dukungan bulat atas hal tersebut di Majelis Umum PBB pada pekan lalu, bahkan Rusia dan China "memiliki beberapa gagasan tentang bagaimana mulai memikirkan tentang waktu tepat untuk mengurangi senjata tersebut".
Editor: Fardah Assegaff
Pompeo memasang sebuah foto dirinya di Twitter Ahad melambaikan tangan dari pintu pesawat pemerintah AS di Tokyo dengan tulisan: "Tujuan berikut #Pyongyang bertemu dengan Ketua Kim dan melanjutkan pekerjaan kami untuk memenuhi komitmen-komitmen yang telah dibuat di #pertemuanpuncaksingapura."
Pompeo, yang mengadakan lawatan keempat ke Pyongyang, mengatakan di Twitter pada Jumat dia akan "meneruskan usaha-usaka kami membangun jalan menuju wilayah bebas senjata nuklir atau denuklirisasi (Korea Utara)."
Seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS tak dapat segera mengonfirmasi ketibaan Pompeo di Pyongyang karena dari sana komunikasi ke luar terbatas, demikian Reuters melaporkan.
Baca juga: Pompeo tidak lihat ketegangan dengan China ganggu pembicaraan Korea Utara
Pompeo mengunjungi Jepang pada Sabtu dan diperkirakan tiba di Seoul Ahad malam. Dia juga dijadwalkan berkunjung ke Beijing sebelum kembali ke AS pada Senin.
Ketika berbicara kepada wartawan dalam perjalanan ke Tokyo, Pompeo mengatakan tujuannya ke Pyongyang ialah meyakinkan pemahaman atas yang masing-masing pihak berusaha mencapainya. Dia juga berharap dapat menyetujui "tanggal umum dan lokasi" bagi pertemuan puncak kedua antara Presiden AS Donald Trump dan Kim Jong-un menyusul pertemuan pertama mereka di Singapura pada Juni.
Kunjungan terakhir Pompeo ke Korea Utara gagal untuk membuat kemajuan dengan Pyongyang mengecam dia mengajukan "tuntutan seperti gangster".
Baru-baru ini, dia membuat marah Korea Utara dengan menyatakan sanksi internasional harus tetap berlaku sampai Pyongyang menghentikan senjata nuklirnya.
Pada Rabu, dia mengatakan ada dukungan bulat atas hal tersebut di Majelis Umum PBB pada pekan lalu, bahkan Rusia dan China "memiliki beberapa gagasan tentang bagaimana mulai memikirkan tentang waktu tepat untuk mengurangi senjata tersebut".
Editor: Fardah Assegaff
Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018
Tags: