Dipicu sentimen eksternal, rupiah lanjutkan pelemahan jadi Rp15.183
5 Oktober 2018 17:26 WIB
Menteri Keuangan Sri Mulyani saat menjelaskan kondisi mata uang rupiah yang telah menembus Rp15.000 per dolar AS di Kantor Presiden, Jakarta, Selasa (2/10/2018). (ANTARA/Hanni Sofia)
Jakarta (ANTARA News) - Pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat sore ini melanjutkan pelemahan sebesar 33 poin menjadi Rp15.183 dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.150 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat mengatakan dolar AS masih berada dalam area positif terhadap mayoritas mata uang dunia menjelang perilisan data gaji nonpertanian (non-farm payrolls) Amerika Serikat untuk periode September 2018.
"Data itu akan memberikan indikasi baru terhadap pertumbuhan upah dan kekuatan di pasar kerja, sekaligus akan memberikan petunjuk pada seberapa besar the Fed menaikkan suku bunga," katanya.
Pelaku pasar uang, lanjut dia, juga sedang menantikan sinyal dari data inflasi di Amerika Serikat di tengah kenaikan upah minimum perusahaan-perusahaan.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan akumulasi sentimen eksternal itu memicu aliran dana keluar sehingga rupiah mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir ini.
"Harga minyak dunia yang cenderung meningkat menambah beban bagi rupiah karena dapat mempengaruhi neraca perdagangan," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (5/10), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp15.182 dibanding sebelumnya (4/10) di posisi Rp15.133 per dolar AS.
Baca juga: Atasi depresiasi rupiah, Menkeu beri sinyal tambah kebijakan
Baca juga: Rupiah melemah dipicu kenaikan imbal hasil obligasi AS
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Jumat mengatakan dolar AS masih berada dalam area positif terhadap mayoritas mata uang dunia menjelang perilisan data gaji nonpertanian (non-farm payrolls) Amerika Serikat untuk periode September 2018.
"Data itu akan memberikan indikasi baru terhadap pertumbuhan upah dan kekuatan di pasar kerja, sekaligus akan memberikan petunjuk pada seberapa besar the Fed menaikkan suku bunga," katanya.
Pelaku pasar uang, lanjut dia, juga sedang menantikan sinyal dari data inflasi di Amerika Serikat di tengah kenaikan upah minimum perusahaan-perusahaan.
Analis senior CSA Research Institute Reza Priyambada mengatakan akumulasi sentimen eksternal itu memicu aliran dana keluar sehingga rupiah mengalami tekanan dalam beberapa hari terakhir ini.
"Harga minyak dunia yang cenderung meningkat menambah beban bagi rupiah karena dapat mempengaruhi neraca perdagangan," katanya.
Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada hari ini (5/10), tercatat mata uang rupiah melemah menjadi Rp15.182 dibanding sebelumnya (4/10) di posisi Rp15.133 per dolar AS.
Baca juga: Atasi depresiasi rupiah, Menkeu beri sinyal tambah kebijakan
Baca juga: Rupiah melemah dipicu kenaikan imbal hasil obligasi AS
Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2018
Tags: