Jakarta (ANTARA News) - Kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat (AS) memicu pelemahan pergerakan nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Jumat pagi, melemah sebesar 10 poin menjadi Rp15.160 dibandingkan posisi sebelumnya Rp15.150 per dolar AS.

"Penguatan dolar AS berlanjut terhadap mayoritas mata uang dunia, termasuk rupiah dipicu kenaikan imbal hasil obligasi Amerika Serikat tenor 10 tahun," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra, di Jakarta, Jumat.

Ia mengemukakan bahwa imbal hasil dolar AS naik menjadi 3,20 persen menyusul data ekonomi Amerika Serikat yang positif, seiring data penamabahan pekerjaan sektor swasta yang melampaui estimasi.

Baca juga: Tarik investor domestik, Pemerintah tawarkan obligasi ORI015

Selain itu, lanjut dia, data pesanan pabrik Amerika Serikat juga mengalami kenaikan 2,3 persen selama Agustus lalu, melebihi perkiraan kenaikan 2,1 persen dan juga pesanan di Juli yang menurun 0,5 persen.

"Klaim tunjangan pengangguran di AS juga menurun selama pekan lalu menjadi 207.000," paparnya.

Ekonom Samuel Aset Manajemen Lana Soelistianingsih mengatakan hasil survei Bank Indonesia (BI) untuk keyakinan konsumen pada bulan September yang menunjukkan perbaikan menunjukan kondisi ekonomi secara umum cukup baik.

Bank Indonesia mencatat indeks keyakinan konsumen (IKK) tercatat naik menjadi 122,4 dari 121,6.

"Hasil survei itu tampaknya belum terlihat kekhawatiran konsumen terhadap pelemahan nilai tukar rupiah. Artinya konsumen masih relatif optimis terhadap kondisi ekonomi secara umum," katanya.

Baca juga: Dolar AS bertahan tinggi dipicu kemunduran obligasi global

Baca juga: Kenaikan imbal hasil obligasi dorong Wall Street berakhir lemah