Jakarta, (ANTARA News) - Airnav Indonesia akan membangun menara pengandali lalu lintas udara (ATC) antigempa di sejumlah wilayah.

“Kita mau buat ‘tower’ yang tahan gempa, baik dari konstruksi besinya maupun beton,” kata Direktur Utama Airnav Indonesia Novie Riyanto usai diskusi “Keselamatan Penerbangan Nasional” di Jakarta, Kamis.

Dia mengatakan jangka waktu pembangunan dari enam bulan hingga satu tahun disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi bandara.

“Kalau bandara besar, paling tidak satu tahun, seperti di Yogyakarta dan Soekarno-Hatta,” katanya.

Biaya pun, kata dia, juga disesuaikan dengan panjang landasan, semakin panjang landasan, semakinn tinggi menara.

“Untuk 2.000 meter itu Rp20-30 miliar, tapi untukyang panjangnya 3.000 meter itu bisa Rp40 miliar,” katanya.

Menara tahan gempa, lanjut dia, akan ditempatkan di wilayah-wilayah yang rentan gempa, sepeti di wilayah patahan dan cincin api, seperti Sulawesi dan Papua.

Untuk itu, ia juga akan berkoordinasi dengan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terkait informasi kondisi geologi serta Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat untuk konstruksi bangunan.

Sementara itu, Novie menyebutkan untuk biaya renovasi menara ATC di Bandara Mutiara SIS Al Jufri Palu senilai Rp20-30 miliar termasuk untuk perkantoran dan peralatan.
Baca juga: Jaringan komunikasi ATC Bandara Palu terputus