Surabaya (ANTARA News) - Sekitar 928 pelajar dari Sekolah Menengah Pertama mengikuti ajang pengembangan bakat dan potensi siswa atau dikenal dengan Surabaya Young Scientist Competition 2018 di Gedung Wanita Candra Kencana, Kota Surabaya, Jatim, Kamis.

Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini mengatakan tantangan anak-anak Surabaya ke depan, bukan hanya bersaing dengan skala kota atau nasional, melainkan akan bersaing dengan anak-anak di seluruh dunia.

"Karena pada 2020, akan ada era keterbukaan dunia yang harus dihadapi," kata Wali Kota Risma saat membuka Surabaya Young Scientists Competition 2018.

Kendati demikian, Wali Kota Risma meminta kepada orang tua, guru, kepala sekolah, serta Dinas Pendidikan (Dispendik) Surabaya untuk terus membimbing dan memberi motivasi kepada pelajar, agar menjadi peneliti yang andal sehingga bisa bersaing di era global.

Risma menuturkan sebuah penelitian tidak harus menggunakan bahan-bahan yang mahal, melainkan dari hal yang sederhana pun bisa. Menurutnya, orang yang sukses itu bukanlah yang pintar, tapi orang yang mau berusaha dan mencoba dari hal-hal yang kecil.

"Kalian bisa menggunakan bahan-bahan yang ada di sekitar kalian. Saya berharap karya ilmiah ini, bisa terus dikembangkan dan tidak berhenti hanya dalam ajang lomba," katanya.

Wali kota perempuan pertama di Surabaya ini berharap melalui ajang peneliti belia ini, muncul bibit-bibit baru peneliti andal dari Surabaya. Sehingga diharapkan bangsa Indonesia utamanya warga Surabaya tidak lagi menjadi konsumen produk bangsa lain, melainkan mampu menjadi produsen yang bisa bersaing dengan pangsa pasar global.

"Selamat berjuang anak-anakku semua, namun bukan hanya pada lomba ini saja, tapi kalian harus berjuang untuk kehidupan kalian, agar lebih sukses dan berhasil," katanya.

Kepala Dinas Pendidikan Surabaya Ikhsan menyampaikan, lomba peneliti belia ini terdiri dari empat kategori lomba yakni, fisika, komputer, matematika, dan ekologi. Sementara untuk Ekologi, terbagi menjadi dua, life science dan enviromental science.

"Untuk tahun ini jumlah peserta mengalami peningkatan yakni mencapai 928 siswa. Sementara tahun lalu, peserta hanya berjumlah 678 siswa," katanya.

Ikhsan mengatakan tahun ini jumlah peserta kategori komputer sebanyak 112 siswa dengan 59 penelitian, matematika 88 peserta dengan 45 penelitian, fisika 77 siswa dengan 41 penelitian, environmental science 181 peserta dengan 94 penelitian.

"Sementara untuk kategori life science diikuti dengan jumlah peserta terbanyak yakni 470 peserta dengan 239 penelitian," katanya.

Ikhsan menambahkan inovasi yang muncul dari kompetisi peneliti belia ini, berangkat dari berbagai persoalan yang ada di masyarakat. "Dengan begitu, diharapkan hasil karya mereka mudah diaplikasikan secara tepat guna dan terpenting bisa bermanfaat bagi masyarakat," katanya.

Baca juga: Presiden puji pelajar Indonesia pemenang kompetisi internasional
Baca juga: Empat peneliti pelajar Indonesia menangi kompetisi Intel ISEF