Jakarta (ANTARA News) - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan mayoritas pemicu depresiasi kurs rupiah hingga lebih dari Rp15.000 per dolar AS karena faktor eksternal.

"Saya lihat dominasi hari ini mayoritas berasal dari luar," kata Menkeu Sri Mulyani kepada pers di Kompleks Istana Kepresidenan Jakarta, Kamis.

Ia mencontohkan pada Rabu (3/10), ada pengaruh sentimen dari Italia yang defisit APBN-nya cukup besar.

"Sekarang Italia komitmen menurunkan defisit APBN, lalu juga ada sentimen yang lain," katanya.

Sementara dari sisi domestik, menurut dia, pemerintah terus mewaspadai posisi neraca pembayaran. "Ini masih harus dikendalikan dengan baik," katanya.

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia itu juga menyebutkan Bank Indonesia sebagai otoritas moneter juga sudah melakukan langkah-langkah bauran kebijakan.

"Bauran kebijakan dari BI itu termasuk yang berhubungan dengan suku bunga, dengan makroprudensial dan policy mereka mengenai intervensi untuk menciptakan suatu perubahan yang bisa diserap atau disesuaikan oleh perekonomian," katanya.

Sementara dari sisi fiskal, menurut dia, pemerintah akan terus melaksanakan berbagai keputusan yang telah disepakati sebelumnya.

Pemerintah terus memonitor impor utamanya impor barang konsumsi dan baranh yang diproduksi dalam negeri. Laporan impor 1.147 jenis barang akan dilihat setiap minggu dan posisi terakhir sudah menunjukkan penurunan namun akan dilihat perkembangannua pada Oktober minggu pertama ini.

"Untuk BBM, yang merupakan komponen impor terbesar, kami harap penerapan B-20 bisa mengurangi impor BBM. Akhir September terjadi kenaikan penggunaan biofuel dan kami akan lihat," katanya.

Baca juga: Menkeu katakan perbankan cukup kuat respon Rupiah Rp15.000/dolar