TNI prioritaskan penjagaan SPBU beroperasi
3 Oktober 2018 23:28 WIB
Foto udara dampak kerusakan akibat gempa dan tsunami di Tondo, Palu, Sulawesi Tengah, Rabu (3/10/2018). Bedasarkan data BNPB, hingga 3 Oktober pukul 13:00 Wib tercatat 1.407 orang tewas, 2.549 orang luka berat, 70.821 orang mengungsi dan 65.733 unit rumah rusak akibat gempa dan tsunami yang melanda Palu dan Donggala. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/kye
Palu (ANTARA News) - Tentara Nasional Indonesia (TNI), memprioritaskan penjagaan pada Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) yang beroperasi di Kota Palu ketimbang yang tutup.
"Untuk penjagaan, kami prioritaskan pada mereka yang beroperasi ketimbang yang tidak dari ancaman tindakan tidak bertanggung jawab seperti penjarahan," kata Pangdam XIII/Merdeka Arios Tiopan Aritonang saat memimpin evaluasi di Palu, Kamis malam.
Hal tersebut kata Arios, karena tingkat kerawanan yang dimiliki oleh SPBU yang beroperasi dan tidak berbeda. Selain penjarahan, situasi tidak kondusif juga berpotensi besar terjadi di SPBU yang beroperasi.
Pihak Pertamina sendiri mengaku saat ini ada delapan SPBU yang beroperasi di Palu. Namun mereka memiliki kendala pada operator SPBU yang terbatas namun jumlah permintaan yang tinggi.
Sebagai solusi sementara, pihak Pertamina mengirimkan tenaga operator SPBU tambahan dari wilayah lainnya di luar Sulawesi Tengah. Namun hal itu masih belum dirasakan cukup karena tak jarang petugas SPBU harus terus bekerja penuh selama dua hari berturut-turut hingga Pertamina meminta bantuan tenaga operator bisa dilakukan oleh tentara yang bertugas menjaga.
"Kalau memiliki kemampuan, boleh saja. Tapi tugasnya mereka gak begitu pak. Tolong tambah jumlah operatornya dan saya juga minta kiriman dari depot Donggala itu jangan dua kali sehari, tapi empat kali hingga stok mencukupi," ucap Arios.
Pengamanan sendiri dilakukan bukan hanya oleh pihak TNI namun juga oleh anggota kepolisian yang menyasar objek-objek vital seperti Bandara Mutiara Sis Al Jufri, Palu, yang sempat diserbu masyarakat yang hendak keluar Palu pasca gempa yang disusul tsunami.
Sebelumnya, pada Jumat (28/9), terjadi gempa begitu besar yang mengguncang wilayah Palu dengan kekuatan 7,4 magnitudo yang disusul dengan terjangan gelombang tsunami di sepanjang garis pantai Donggala hingga kota Palu dan menyebabkan ribuan orang menjadi korban.
Sementara, korban tewas akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, bertambah menjadi 1.407 Orang. Selain itu, sebanyak 2.549 orang luka berat, mereka saat ini tengah dirawat di rumah sakit. ***4***
"Untuk penjagaan, kami prioritaskan pada mereka yang beroperasi ketimbang yang tidak dari ancaman tindakan tidak bertanggung jawab seperti penjarahan," kata Pangdam XIII/Merdeka Arios Tiopan Aritonang saat memimpin evaluasi di Palu, Kamis malam.
Hal tersebut kata Arios, karena tingkat kerawanan yang dimiliki oleh SPBU yang beroperasi dan tidak berbeda. Selain penjarahan, situasi tidak kondusif juga berpotensi besar terjadi di SPBU yang beroperasi.
Pihak Pertamina sendiri mengaku saat ini ada delapan SPBU yang beroperasi di Palu. Namun mereka memiliki kendala pada operator SPBU yang terbatas namun jumlah permintaan yang tinggi.
Sebagai solusi sementara, pihak Pertamina mengirimkan tenaga operator SPBU tambahan dari wilayah lainnya di luar Sulawesi Tengah. Namun hal itu masih belum dirasakan cukup karena tak jarang petugas SPBU harus terus bekerja penuh selama dua hari berturut-turut hingga Pertamina meminta bantuan tenaga operator bisa dilakukan oleh tentara yang bertugas menjaga.
"Kalau memiliki kemampuan, boleh saja. Tapi tugasnya mereka gak begitu pak. Tolong tambah jumlah operatornya dan saya juga minta kiriman dari depot Donggala itu jangan dua kali sehari, tapi empat kali hingga stok mencukupi," ucap Arios.
Pengamanan sendiri dilakukan bukan hanya oleh pihak TNI namun juga oleh anggota kepolisian yang menyasar objek-objek vital seperti Bandara Mutiara Sis Al Jufri, Palu, yang sempat diserbu masyarakat yang hendak keluar Palu pasca gempa yang disusul tsunami.
Sebelumnya, pada Jumat (28/9), terjadi gempa begitu besar yang mengguncang wilayah Palu dengan kekuatan 7,4 magnitudo yang disusul dengan terjangan gelombang tsunami di sepanjang garis pantai Donggala hingga kota Palu dan menyebabkan ribuan orang menjadi korban.
Sementara, korban tewas akibat gempa dan tsunami di Sulawesi Tengah, bertambah menjadi 1.407 Orang. Selain itu, sebanyak 2.549 orang luka berat, mereka saat ini tengah dirawat di rumah sakit. ***4***
Pewarta: Ricky Prayoga
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: