Paris (Antaranews) - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Selasa terpaksa menerima pengunduran diri Menteri Dalam Negeri Gerard Collomb di tengah anggapan bahwa Collomb menentang kewibawaan Macron.

Menurut laporan Reuters, Collomb bersikeras mundur walaupun Macron, kurang dari 24 jam sebelumnya, telah menolak permohonan tersebut.

Colllomb, 71, adalah pendukung setia bekas partai Sosialis yang menjadi salah satu pendukung Macron yang paling awal dan paling bersemangat.

Ia sebelumnya mengatakan kepada surat kabar konservatif Le Figaro bahwa ia ingin mengundurkan diri supaya bisa maju dalam pemilihan wali kota Lyon, tempatnya berasal.

"Rakyat Prancis dan masyarakat Lyon perlu mendapat kejelasan, jadi saya tetap mengajukan permohonan untuk mundur," kata Collomb. Ia menjawab pertanyaan apakah akan tetap menjabat sebagai menteri dalam negeri setelah Macron menolak pengunduran dirinya pada Senin.

"Karena adanya desas-desus dan tekanan, saya tidak mau esok maju sebagai kandidat untuk suatu daerah tapi menjadi penghalang bagi kementerian dalam negeri," ujarnya.

Pada Selasa malam, kantor Macron mengatakan sang presiden telah menerima pengunduran diri Collomb dan bahwa Perdana Menteri Edouard Philippe, yang dikabarkan membatalkan lawatan ke Afrika Selatan, akan menjalankan tugas-tugas Collomb sampai ada pengganti.

Pernyataan-pernyataan Collomb dilihat sebagian kalangan sebagai penentangan yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap kewibawaan Macron, beberapa minggu setelah Presiden berusia 40 tahun itu terpaksa mengganti menteri lingkungannya yang populer serta menteri olah raga.

Dua pekan lalu dalam wawancara dengan sebuah surat kabar, Collomb mengumumkan akan keluar dari kabinet dan bersaing dalam pemilihan wali kota Lyon pada 2020, kembali ke jabatan yang pernah ia duduki.

Collomb pada awalnya menyiratkan akan mundur sebagai menteri dalam negeri setelah pemilihan Eropa 2019.

Ia dalam minggu-minggu belakangan ini bersikap kritis terhadap Macron. Collomb menganggap pemerintahan Macron "kurang rendah hati". Ia juga mengabaikan kata-kata yang kerap digunakan Macron, seperti "negara rintisan", karena dianggap tidak membumi.

"Hanya sedikit orang yang masih bisa berbicara dengan (Macron)," kata Collomb seperti dikutip media Prancis.

Tingkat penerimaan Macron telah merosot sekitar 30 persen, dari 60 persen tak lama setelah ia terpilih pada Mei 2017.

Para pengkritik mengatakan kebijakan-kebijakan Macron terlalu berpihak pada kalangan orang kaya. Sikap Macron juga kerap dianggap menjauh dan sombong.

Macron telah mengatakan ia bertekad melakukan apa pun yang memungkinkan untuk memperbaiki perekonomian Prancis serta menerapkan reformasi sosial menuju Prancis yang lebih kuat.

Baca juga: Mayoritas warga Prancis "tidak senang" dengan pemerintahan Macron
Baca juga: Protes reformasi Macron, pegawai sipil Prancis gelar unjuk rasa