Ilmuwan laser raih Nobel 2018 di bidang fisika
2 Oktober 2018 23:45 WIB
Alfred Nobel (1833-1896) lahir di Stockholm, Swedia. Dalam wasiat terakhirnya, penemu dan pebisnis Alfred Nobel menyatakan bahwa seluruh peninggalannya harus digunakan untuk memberikan penghargaan bagi mereka yang memberikan manfaat bagi kemanusiaan. (www.nobelprize.org)
Stockholm (ANTARA News) - Ilmuwan Arthur Ashkin, Gerard Mourou dan Donna Strickland meraih Hadiah Nobel 2018 untuk Fisika karena terobosan di bidang laser untuk operasi dan kajian ilmiah, kata lembaga pemberi hadiah itu pada Selasa.
Ashkin, warga Amerika Serikat, dari Laboratorium Bell di AS meraih setengah dari hadiah itu sementara Mourou, warga Prancis, yang juga memiliki kewarganegaraan AS, dan Strickland dari Kanada berbagi hadiah setengahnya lagi.
Strickland, dari Universitas Waterloo, Kanada, menjadi wanita ketiga meraih Hadiah Nobel untuk Fisika, demikian Reuters melaporkan.
"Temuan yang dianugerahi tahun ini merevolusi fiskia laser," kata Akademi Sains Kerajaan Swedia mengenai pemberian hadiah senilai sembilan juta Crown Swedia (15 miliar rupiah) itu.
"Instrumen dengan presisi canggih membuka bidang riset yang belum diselidiki dan sejumlah aplikasi industri dan medis," demikian pernyataan lembaga itu.
Ashkin menemukan "pinset" optik yang dapat mengambil partikel, atom, virus dan sel-sel hidup lainnya sementara Mourou dan Strickland secara terpisah menciptakan pulsa laser paling kuat dari yang pernah ada dan paling singkat.
Temuan itu menjadi standar bagi laser intensitas tinggi, misalnya untuk digunakan dalam jutaan operasi mata korektif per tahun.
Baca juga: Nobel sastra 2018 ditiadakan akibat skandal seks panitianya
Hadiah untuk prestasi di bidang sains, sastra dan perdamaian diberikan sejak 1901 sesuai dengan keinginan hartawan Swedia Alfred Nobel, yang penemuan dinamitnya menghasilkan kekayaan besar, yang digunakan mendanai hadiah tersebut.
Namun, untuk pertama kali dalam puluhan tahun, tidak ada hadiah Nobel untuk Sastra pada tahun ini setelah tuduhan skandal pelecehan seksual mengakibatkan sejumlah anggota meninggalkan jajaran pengurus Akademi Swedia, yang memberikan hadiahnya.
Editor: Boyke Soekapdjo
Ashkin, warga Amerika Serikat, dari Laboratorium Bell di AS meraih setengah dari hadiah itu sementara Mourou, warga Prancis, yang juga memiliki kewarganegaraan AS, dan Strickland dari Kanada berbagi hadiah setengahnya lagi.
Strickland, dari Universitas Waterloo, Kanada, menjadi wanita ketiga meraih Hadiah Nobel untuk Fisika, demikian Reuters melaporkan.
"Temuan yang dianugerahi tahun ini merevolusi fiskia laser," kata Akademi Sains Kerajaan Swedia mengenai pemberian hadiah senilai sembilan juta Crown Swedia (15 miliar rupiah) itu.
"Instrumen dengan presisi canggih membuka bidang riset yang belum diselidiki dan sejumlah aplikasi industri dan medis," demikian pernyataan lembaga itu.
Ashkin menemukan "pinset" optik yang dapat mengambil partikel, atom, virus dan sel-sel hidup lainnya sementara Mourou dan Strickland secara terpisah menciptakan pulsa laser paling kuat dari yang pernah ada dan paling singkat.
Temuan itu menjadi standar bagi laser intensitas tinggi, misalnya untuk digunakan dalam jutaan operasi mata korektif per tahun.
Baca juga: Nobel sastra 2018 ditiadakan akibat skandal seks panitianya
Hadiah untuk prestasi di bidang sains, sastra dan perdamaian diberikan sejak 1901 sesuai dengan keinginan hartawan Swedia Alfred Nobel, yang penemuan dinamitnya menghasilkan kekayaan besar, yang digunakan mendanai hadiah tersebut.
Namun, untuk pertama kali dalam puluhan tahun, tidak ada hadiah Nobel untuk Sastra pada tahun ini setelah tuduhan skandal pelecehan seksual mengakibatkan sejumlah anggota meninggalkan jajaran pengurus Akademi Swedia, yang memberikan hadiahnya.
Editor: Boyke Soekapdjo
Pewarta: Antara
Editor: Mohamad Anthoni
Copyright © ANTARA 2018
Tags: