BNPB butuh 2000 tenda untuk pengungsi gempa
2 Oktober 2018 18:23 WIB
Tim medis membawa anak korban gempa dan tsunami Palu-Donggala setibanya di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo, Makassar, Sulawesi Selatan, Selasa (2/10/2018). Korban gempa dan tsunami Palu-Donggala yang dirujuk dan mendapat pelayanan kesehatan di berbagai rumah sakit di Makassar mencapai 120 orang. ANTARA FOTO/Sahrul Manda Tikupadang/wsj.
Palu (ANTARA News) - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) membutuhkan 2.000-an tenda berkapasitas 40 orang per tenda untuk memenuhi kebutuhan para pengungsi korban bencana gempa bumi Palu, Donggala dan Sigi pada Jumat (28/9).
"Tenda adalah kebutuhan yang paling mendesak saat ini selain bahan makanan," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei kepada wartawan di Posko Satgas Penanggulangan Gempa Bumi di Palu, Selasa petang.
Menurut Willem, saat ini ada 60.000-an pengungsi yang tersebar di hampir 120 titik di dalam Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala yang tidak memiliki tempat berteduh, padahal lembah Palu ini adalah daerah yang suhu udaranya sangat panas di siang hari.
Menurut Willem, tidak mungkin mengadakan kebutuhan tenda ini dalam waktu dekat dengan mengandalkan sumber dalam negeri sehingga kemungkinan pengadaannya membutuhkan bantuan internasional.
"Karena kebutuhan tenda ini amat sangat mendesak, maka saya pikir ini adalah salah satu kebutuhan yang bisa dimintakan bantuan internasional," katanya.
Ia mengakui bahwa pelayanan kebutuhan tenda dan bahan makanan untuk pengungsi dalam skala sangat terbatas baru dimulai hari ini karena sumberdaya-sumberdaya tersebut baru mulai berdatangan di Kota Palu hari ini.
"Kami membutuhkan bahan makan terutama beras untuk para korban. Saya sudah lihat para korban di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi, mereka sangat membutuhkan beras," ujarnya.
Di Kabupaten Sigi, misalnya, ada empat kecamatan yang sampai saat ini masih terisolasi yakni Kecamatan Pipikoro, Lindu, Kulawi, dan Kulawi Selatan sehingga belum tersentuh bantuan logistik apapun.
"Saya mengakui bahwa pelayanan kepada para korban gempa ini masih sangat minim karena kebutuhan sangat tidak berimbang dengan sumber daya yang tersedia," ujarnya.
Hal yang sama terjadi pada usaha pencarian korban dimana masih sangat banyak titik-titik bencana yang belum bisa disentuh untuk mencari para korban karena keterbatasan peralatan dan personel.
Hingga Selasa petang, jumlah korban tewas akibat gempa bumi tektonik bermagnitudo 7,4 pada skala Richter ini tercatat 1.374 orang dan yang hilang 113 orang.
Baca juga: Pemerintah terima bantuan pesawat Hercules C-130
Baca juga: Menkopolhukam minta tidak ada pihak sebarkan hoaks gempa
"Tenda adalah kebutuhan yang paling mendesak saat ini selain bahan makanan," kata Kepala BNPB Willem Rampangilei kepada wartawan di Posko Satgas Penanggulangan Gempa Bumi di Palu, Selasa petang.
Menurut Willem, saat ini ada 60.000-an pengungsi yang tersebar di hampir 120 titik di dalam Kota Palu, Kabupaten Sigi dan Donggala yang tidak memiliki tempat berteduh, padahal lembah Palu ini adalah daerah yang suhu udaranya sangat panas di siang hari.
Menurut Willem, tidak mungkin mengadakan kebutuhan tenda ini dalam waktu dekat dengan mengandalkan sumber dalam negeri sehingga kemungkinan pengadaannya membutuhkan bantuan internasional.
"Karena kebutuhan tenda ini amat sangat mendesak, maka saya pikir ini adalah salah satu kebutuhan yang bisa dimintakan bantuan internasional," katanya.
Ia mengakui bahwa pelayanan kebutuhan tenda dan bahan makanan untuk pengungsi dalam skala sangat terbatas baru dimulai hari ini karena sumberdaya-sumberdaya tersebut baru mulai berdatangan di Kota Palu hari ini.
"Kami membutuhkan bahan makan terutama beras untuk para korban. Saya sudah lihat para korban di Kabupaten Donggala dan Kabupaten Sigi, mereka sangat membutuhkan beras," ujarnya.
Di Kabupaten Sigi, misalnya, ada empat kecamatan yang sampai saat ini masih terisolasi yakni Kecamatan Pipikoro, Lindu, Kulawi, dan Kulawi Selatan sehingga belum tersentuh bantuan logistik apapun.
"Saya mengakui bahwa pelayanan kepada para korban gempa ini masih sangat minim karena kebutuhan sangat tidak berimbang dengan sumber daya yang tersedia," ujarnya.
Hal yang sama terjadi pada usaha pencarian korban dimana masih sangat banyak titik-titik bencana yang belum bisa disentuh untuk mencari para korban karena keterbatasan peralatan dan personel.
Hingga Selasa petang, jumlah korban tewas akibat gempa bumi tektonik bermagnitudo 7,4 pada skala Richter ini tercatat 1.374 orang dan yang hilang 113 orang.
Baca juga: Pemerintah terima bantuan pesawat Hercules C-130
Baca juga: Menkopolhukam minta tidak ada pihak sebarkan hoaks gempa
Pewarta: Rolex Malaha
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018
Tags: