Jakarta (ANTARA News) - Pemetaan daerah rawan gempa terutama yang berada di sekitar patahan pergerakan lempeng bumi perlu segera dilakukan agar dapat menjadi langkah awal pencegahan pembangunan kawasan hunian di daerah rawan seperti itu, kata Dirjen Bina Konstruksi Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Syarief Burhanuddin.

"Perlu ada kajian dari ahli-ahli geologi," kata Dirjen di Jakarta, Selasa.

Hal tersebut, lanjutnya, agar tidak ada lagi permukiman atau tempat tinggal masyarakat yang dibangun di daerah patahan yang rentan terkena dampak gempa.

Sebagaimana diketahui, terdapat sejumlah permukiman yang luluh lantak di sejumlah daerah di Sulawesi Tengah akibat gempa bumi dan tsunami yang melanda daerah tersebut.

Syarief menyebutkan ada sejumlah permukiman yang saat ini masih dipenuhi puing-puing reruntuhan dan masih belum bisa dilakukan evakuasi dengan memadai karena kekurangan alat berat.

Berdasarkan kajian posisi dan kedalaman pusat gempa bumi Sulteng kejadian tersebut disebabkan oleh aktivitas sesar aktif pada zona sesar Palu-Koro yang berarah barat laut - tenggara.

Data dari Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) yang dipantau Antara di Jakarta, Sabtu (29/9) menyebutkan tim tanggap darurat bencana diberangkatkan untuk memantau langsung kondisi setelah gempa.

Dilihat dari kondisi geologi sekitar, guncangan gempa bumi telah melanda daerah Kabupaten Donggala. Wilayah di sekitar pusat gempa bumi pada umumnya disusun oleh batuan berumur pra Tersier, Tersier dan Kuarter.

Batuan berumur pra Tersier dan Tersier tersebut sebagian telah mengalami pelapukan. Batuan berumur pra Tersier dan Tersier yang telah mengalami pelapukan dan endapan Kuarter tersebut pada umumnya bersifat urai, lepas, lunak, belum kompak (unconsolidated), bersifat memperkuat efek guncangan gempa, sehingga rawan terhadap gempa.

Baca juga: Lapan upayakan citra satelit lokasi terdampak likuifaksi
Baca juga: Energi gempa Donggala setara 200 kali bom Hiroshima