Jakarta (ANTARA News) - Direktorat Jenderal Pemasyarakatan Kementerian Hukum dan HAM (Ditjen PAS Kemenkumham) Sri Puguh Budi Utami mengungkapkan tidak ada tahanan dan narapidana teroris yang kabur karena sudah dipindahkan ke Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah sebelum terjadi gempa 7,4 skala Richter di Palu dan Donggala yang terjadi pada Jumat (28/9).

"Dua hari sebelum kejadian gempa lima tahanan teroris sudah dipindah dari Palu ke Nusakambangan," kata Utami saat konferensi pers di Jakarta, Senin.

Dirjen PAS menyebut bahwa para tahanan dan narapidana yang kabur itu terkait kasus narkotika serta kasus pidana lainnya, tidak ada yang terlibat teroris.

Utami mengungkapkan sebanyak 1.420 tahanan dan narapidana yang kabur itu diantaranya dari Lapas Palu sebanyak 515 orang (581 narapidana hanya tersisa 66 orang), Rutan Palu sebanyak 410 tahanan (diisi 463 tahanan yang tersisa hanya 53 orang), Lembaga Pemasyarakatan khusus Perempuan (LPP) Palu sebanyak 72 narapidana (diisi 83 narapidana ditambah tiga bayi tersisa senbilan orang), Lembaga Pemasyarakatan Khusus Anak Palu 24 orang (diisi 29 anak tinggal lima warga binaan) dan Lapas Donggala 342 narapidana kabur semua.

Utami menjelaskan bahwa kaburnya para tahanan dan narapidana ini karena secara naluriah butuh keselamatan jiwa dan juga kwatir keadaan keluarga mereka di luar.

Dia juga mengatakan bahwa pihaknya memberikan waktu seminggu bagi para tahanan dan narapidana yang kabur karena juga kondisi di rutan dan lapas saat ini yang rusak dan menipisnya bahan makanan.

"Kami juga tidak ingin bertambah korban karena kondisi ini," jelasnya.

Saat ini terdapat 15 UPT di wilayah Sulawesi Tengah dan delapan diantaranya terkena dampak gempa. Total penghuni di Sulawesi Tengah saat ini mencapai 3.3220 dan yang berada di luar saat ini sebanyak 1.420, sehingga yang tersisa 1.795 narapidana dan tahanan.