Komnas Perempuan: penanganan bencana perhatikan kebutuhan perempuan
30 September 2018 19:19 WIB
Warga terdampak gempa dan tsunami menunggu masuk ke dalam pesawat untuk dievakuasi di Palu, Sulawesi Tengah, Sabtu (29/9/2018). Gempa dan tsunami Palu mengakibatkan sedikitnya 16 ribu warga mengungsi ke titik pengungsian dan sebagian meninggalkan kota Palu. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/foc.
Jakarta (ANTARA News) - Komnas Perempuan mengingatkan pentingnya harus memperhatikan kebutuhan khusus perempuan dan kelompok rentan lainnya dalam situasi pascabencana gempa dan tsunami di Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah.
"Penanganan terhadap korban bencana juga harus memperhatikan sensitivitas pada kebutuhan khusus perempuan yang hamil, melahirkan, menyusui dan menstruasi," kata Komisioner Komnas Perempuan Azriana di Jakarta, Minggu,
Dia mengatakan distribusi layanan dan bantuan yang berprinsip affirmasi, di mana kelompok rentan mendapat prioritas, baik lanjut usia (lansia), anak, disabilitas, korban yang sakit, termasuk perempuan.
Karena kecenderungan saat terjadi distribusi bantuan banyak mengandalkan kekuatan fisik sebab berdesak-desakan, akan menimbulkan resiko bagi kelompok rentan terjauh dari akses bantuan.
Dia juga mengatakan pihak-pihak pemberi bantuan juga nemastikan dan menata pengungsian yang aman dan sensitif pada perempuan.
Komnas Perempuan mencatat adanya kekerasan seksual di sejumlah pengungsian pada beberapa konteks pengungsian dan bencana sebelumnya di sejumlah wilayah.
"Pelibatan perempuan dalam penanganan emergensi respon, pemulihan dan rehabilitasi, serta sensitif budaya setempat, berkeadilan dan tidak diskriminatif atas dasar apapun," katanya.
Komnas Perempuan mengapresiasi kepada langkah cepat pemerintah dan masyarakat sipil dalam menangani korban dan mengupayakan bantuan dalam situasi yang terbatas.
Komnas Perempuan mendorong pemerintah dan masyarakat membangun skema dukungan yg kreatif dan mudah diakses, dengan membuka dan mengaktifkan stok persediaan bahan pangan yang masih ada di daerah sekitar yg tidak terdampak, dengan tanpa mengurangi dukungan dari berbagai penjuru tanah air, yang dikhawatirkan terhambat karena kendala pengiriman.
Baca juga: Tiga atlet paralayang asal Sulut belum ditemukan
Baca juga: Warga Kota Palu mengharapkan makanan dan air
"Penanganan terhadap korban bencana juga harus memperhatikan sensitivitas pada kebutuhan khusus perempuan yang hamil, melahirkan, menyusui dan menstruasi," kata Komisioner Komnas Perempuan Azriana di Jakarta, Minggu,
Dia mengatakan distribusi layanan dan bantuan yang berprinsip affirmasi, di mana kelompok rentan mendapat prioritas, baik lanjut usia (lansia), anak, disabilitas, korban yang sakit, termasuk perempuan.
Karena kecenderungan saat terjadi distribusi bantuan banyak mengandalkan kekuatan fisik sebab berdesak-desakan, akan menimbulkan resiko bagi kelompok rentan terjauh dari akses bantuan.
Dia juga mengatakan pihak-pihak pemberi bantuan juga nemastikan dan menata pengungsian yang aman dan sensitif pada perempuan.
Komnas Perempuan mencatat adanya kekerasan seksual di sejumlah pengungsian pada beberapa konteks pengungsian dan bencana sebelumnya di sejumlah wilayah.
"Pelibatan perempuan dalam penanganan emergensi respon, pemulihan dan rehabilitasi, serta sensitif budaya setempat, berkeadilan dan tidak diskriminatif atas dasar apapun," katanya.
Komnas Perempuan mengapresiasi kepada langkah cepat pemerintah dan masyarakat sipil dalam menangani korban dan mengupayakan bantuan dalam situasi yang terbatas.
Komnas Perempuan mendorong pemerintah dan masyarakat membangun skema dukungan yg kreatif dan mudah diakses, dengan membuka dan mengaktifkan stok persediaan bahan pangan yang masih ada di daerah sekitar yg tidak terdampak, dengan tanpa mengurangi dukungan dari berbagai penjuru tanah air, yang dikhawatirkan terhambat karena kendala pengiriman.
Baca juga: Tiga atlet paralayang asal Sulut belum ditemukan
Baca juga: Warga Kota Palu mengharapkan makanan dan air
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018
Tags: