Komnas Perempuan minta tak hubungkan bencana dengan agama
30 September 2018 18:55 WIB
Tim SAR melakukan evakuasi korban gempa yang tertimbun reruntuhan bangunan hotel Roa-Roa di Palu, Minggu (30/9/2018). Diperkirakan sebanyak 50 orang tertimbun di reruntuhan bangunan hotel itu. ANTARA FOTO/BNPB/foc.
Jakarta (ANTARA News) - Komnas Perempuan menyerukan kepada semua pihak, terutama pengguna media sosial tidak menghubungkan bencana dengan penghakiman berbasis agama maupun budaya yang cenderung menyalahkan, menakut-nakuti dan dapat memperparah kondisi korban bencana.
Komisioner Komnas Perempuan Azriana di Jakarta, Minggu mengatakan temuan Komnas Perempuan di beberapa wilayah bencana memperlihatkan ada kecenderungan menyalahkan perempuan atau mengaitkan bencana dengan isu moralitas perempuan.
"Termasuk menghubungkan kondisi jenazah perempuan dengan stigma-stigma yang merendahkan perempuan, tanpa menimbang dampaknya pada keluarga yang ditinggalkan dan martabat perempuan korban yang kehilangan nyawa," kata dia.
Media dan pengguna media sosial diminta untuk turut sensitif pada penderitaan korban dan keluarganya dengan menyampaikan berita yang informatif, mendorong "sense of urgency" dan solidaritas publik.
Komnas menyarankan masyarakat untuk menyebar informasi mengenai kecepatan penanganan dan wilayah yang belum ditangani, data korban dan menghubungkan dengan keluarganya. Komnas meminta masyarakat menghindari pemberitaan yang mengeksploitasi penderitaan korban dan keluarganya, termasuk penyebaran foto dan atau video jenazah yang telah ditemukan.
Komnas Perempuan mengajak dan mendukung berbagai pihak untuk menyalurkan dukungan finansial dan lainnya yang dapat digunakan untuk membantu membangun kehidupan korban kembali.
"Melalui lembaga-lembaga yang mengelola bantuan dengan transparan dan akuntabel, baik lembaga pemerintah maupun lembaga yang diinisiasi masyarakat," kata dia.
Komisioner Komnas Perempuan Azriana di Jakarta, Minggu mengatakan temuan Komnas Perempuan di beberapa wilayah bencana memperlihatkan ada kecenderungan menyalahkan perempuan atau mengaitkan bencana dengan isu moralitas perempuan.
"Termasuk menghubungkan kondisi jenazah perempuan dengan stigma-stigma yang merendahkan perempuan, tanpa menimbang dampaknya pada keluarga yang ditinggalkan dan martabat perempuan korban yang kehilangan nyawa," kata dia.
Media dan pengguna media sosial diminta untuk turut sensitif pada penderitaan korban dan keluarganya dengan menyampaikan berita yang informatif, mendorong "sense of urgency" dan solidaritas publik.
Komnas menyarankan masyarakat untuk menyebar informasi mengenai kecepatan penanganan dan wilayah yang belum ditangani, data korban dan menghubungkan dengan keluarganya. Komnas meminta masyarakat menghindari pemberitaan yang mengeksploitasi penderitaan korban dan keluarganya, termasuk penyebaran foto dan atau video jenazah yang telah ditemukan.
Komnas Perempuan mengajak dan mendukung berbagai pihak untuk menyalurkan dukungan finansial dan lainnya yang dapat digunakan untuk membantu membangun kehidupan korban kembali.
"Melalui lembaga-lembaga yang mengelola bantuan dengan transparan dan akuntabel, baik lembaga pemerintah maupun lembaga yang diinisiasi masyarakat," kata dia.
Pewarta: Aubrey Kandelila Fanani
Editor: Wawan Indrawan
Copyright © ANTARA 2018
Tags: