Bengkulu (ANTARA News) - Para peneliti dari Fakultas Pertanian Universitas Bengkulu mengembangkan teknik kultur jaringan untuk mempercepat peningkatan pengembangan tanaman anggrek pensil (Papillionanthe hookerina) yang terancam punah di wilayah itu.
"Teknik ini mampu meningkatkan populasi dan menyediakan indukan unggul anggrek pensil," kata salah seorang peneliti anggrek, Atra Romeida di Bengkulu, Minggu.
Anggrek pensil merupakan tanaman hias endemik Bengkulu, di mana flora ini banyak ditemukan di kawasan Danau Dendam Tak Sudah yang memiliki luasan mencapai 557 hektare (ha) dan 67 ha luas permukaan air. Lokasi ini berjarak sekitar enam kilometer (km) dari Kota Bengkulu.
"Di habitatnya, kami hanya menemukan dua lokasi anggrek pensil. Lokasi pertama terdapat 50 batang, sedangkan lokasi kedua hanya ada sembilan batang. Populasi bunga ini sulit bertambah karena bijinya tidak memiliki cadangan makanan, sehingga angka harapan hidupnya rendah," ungkapnya.
Dia berharap dengan melalui teknik kultur jaringan ini satu biji dari bibit unggul dapat diperbanyak menjadi 10.000 bibit baru. Teknik ini mampu meningkatkan populasi anggrek pensil di alam Bengkulu.
"Kultur jaringan merupakan upaya membudidayakan jaringan tanaman induk menjadi tanaman baru yang mempunyai kesamaan sifat dengan induknya," jelasnya.
Berdasarkan literatur sejarah tahun 1882, pemerintah kolonial Inggris menobatkan anggrek pensil sebagai Queen of Orchids dan mendapat penghargaan First Class certificate.
Penyematan nama anggrek pensil lantaran bentuk daunnya tipis memanjang seperti pensil. Warna bunga tanaman ini merupakan perpaduan antara putih dan ungu.
"Kami mengupayakan pelestarian dengan teknik kultur jaringan agar spesies anggrek ini tidak punah," kata Atra Romieda.
Baca juga: Peneliti temukan 160 spesies anggrek di Bengkulu
Baca juga: "Teaching Indutry" Unhas kembangkan kultur bibit anggrek
Baca juga: BBKSDA gagalkan pengiriman anggrek yang dilindungi
Peneliti Bengkulu kembangkan kultur jaringan anggrek pensil
30 September 2018 16:52 WIB
Ilustrasi Anggrek (FOTO ANTARA/Agus Bebeng)
Pewarta: Nur Muhamad
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018
Tags: