Jakarta (ANTARA News) - Tim Medis ACT di Lombok mengunjungi kediaman Rika dan neneknya pada Kamis (27/9). Mereka melakukan teknik skin smear atau kerokan kulit untuk membersihkan luka pada kulit Rika, dari kepala hingga kaki.

“Selanjutnya kami akan memberikan obat dan melakukan pendampingan rutin selama dua hari sekali. Insya Allah, saya sendiri yang akan turun langsung menangani Rika,” kata Koordinator Medis ACT dr. Rizal Alimin melalui siaran pers yang diterima Antara di Jakarta pada Jumat.

Rika Rahayu Tantri (8) adalah gadis penderita kusta, malnutrisi dan katarak. Rika lahir dalam kondisi yang sehat. Namun, ketika usianya menginjak lima tahun, Rika mulai mengalami kelainan pada kulitnya, kulit Rika timbul bercak-bercak merah. Dokter memvonis, Rika terkena kusta.

Rika awalnya hanya mengidap kusta, dua penyakit lain muncul ketika keluarga Rika tak mampu mengupayakan kesembuhannya. Orangtuanya sudah berpisah, sejak saat itu Rika tak lagi diurus oleh mereka. Kini, Rika tinggal bersama neneknya, Mainah di Dusun Sesait Pedalaman, Desa Sesait, Kecamatan Kayangan, Kabupaten Lombok Utara.

Rizal mengatakan penyakit kusta disebabkan oleh bakteri Mycobacterium leprae. Bakteri ini tumbuh pesat dan mudah menyerang kulit pada bagian tubuh yang bersuhu lebih dingin seperti tangan, kaki, lutut, bahkan wajah.

Tim Medis ACT juga melakukan pendampingan untuk mengatasi malnutrisi yang dialami Rika. Sambil berupaya menyembuhkan komplikasi kusta dan katarak Rika, ACT berupaya memenuhi kebutuhan gizi Rika dengan memberikan makanan dan minuman bernutrisi.

“Insya Allah, ACT juga akan membangun rumah sementara yang lebih layak untuk Rika dan neneknya. Rika butuh hunian yang bersih bahkan higienis untuk menghindari penyebaran kustanya,” jelas dr. Rizal.

Ilham Ridwan, salah satu relawan di Posko Aksi Cepat Tanggap (ACT) di Kayangan mengatakan, nenek Rika pernah beberapa kali membawa Rika untuk melakukan pengobatan. Itu pun karena mereka mendapatkan bantuan dari para tetangga. Sang Nenek sudah membawa Rika ke berbagai pelayanan kesehatan.

“Mulai dari Puskesmas hingga rumah sakit besar di Lombok. Namun, minimnya kemampuan dana lagi-lagi tak membuat kesehatan Rika membaik, Kebanyakan proses kesembuhan Rika berhenti di tengah jalan,” kata Ilham.

Pernah juga Mainah, Sang Nenek yang sudah renta itu bekerja. Meski serabutan, meski penghasilan tak menentu, setidaknya mereka memiliki uang untuk memenuhi kebutuhan. Namun, Agustus lalu bencana gempa 7,0 SR datang dan menambah penderitaan. Rumah satu-satunya yang dihuni mereka, hancur rata dengan tanah. Rika dan sang Nenek hanya bisa pasrah dan menerima keadaan apa adanya.

Hingga kini, kata Ilham, mereka masih tinggal di tenda pengungsian, rumah runtuh seluruhnya akibat gempa itu. Tenda mereka berbentuk bilik seadanya, fondasi batang bambu dan berdinding anyaman bilah bambu. “Hanya dengan satu tempat tidur yang sudah rapuh dan alas seadanya. Tentu itu tidak layak, apalagi di tengah kondisi Rika yang sedang sakit,” tambahnya.

Baca juga: Relawan ACT Indonesia akan adakan pertemuan di Lombok