Indonesia dorong pemberdayaan perempuan sebagai agen perdamaian
27 September 2018 07:18 WIB
Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi memberikan paparan ketika menghadiri pertemuan tingkat menteri Forum Konter-Terorisme Global (GFTC) ke-9 di sela-sela Sidang Majelis Umum PBB ke-73 di New York, Rabu (26/9). (ANTARA/Aditya E.S. Wicaksono)
New York, Amerika Serikat (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi ketika menghadiri pertemuan tingkat menteri Forum Konter-Terorisme Global di New York, Rabu, menekankan pentingnya memberdayakan perempuan sebagai agen perdamaian dalam upaya memerangi radikalisme.
"Kami menekankan bahwa perempuan bisa menjadi target rekrutment (teroris), tapi perempuan bisa juga menjadi agen perdamaian," katanya pada pertemuan tingkat menteri Forum Konter-Terorisme Global (GCTF) ke-9 yang berlangsung di sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-73.
GCTF merupakan platform multilateral informal yang beranggotakan 30 negara. Forum yang dibentuk tahun 2011 ini menjalankan fungsi sebagai wadah respons upaya kerja sama penanggulangan terorisme.
Forum fokus pada upaya-upaya untuk mengumpulkan sumber daya, keahlian, informasi dan hal-hal yang nantinya dianggap krusial dalam upaya penanggulangan terorisme. Negara-negara anggota menganggap penting kerja sama internasional karena ancaman terorisme sifatnya lintas batas dan sudah melibatkan aktor-aktor non-negara.
Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang diminta menjadi anggota forum konter-terorisme, dan dianggap memiliki pendekatan komprehensif yang mengedepankan dialog dalam menghadapi ancaman terorisme.
"Oleh sebab itu tadi saya menyampaikan bahwa kalau kita ingin memberantas terorisme maka tidak dapat hanya dilakukan di tingkat pengambil kebijakan tapi harus masuk ke komunitas, harus kerja sama dengan keluarga dan sebagainya," kata Retno.
Retno mengambil contoh inisiatif Desa Damai yang diprakarsai oleh Wahid Institute. Inisiatif tersebut bertujuan membuat komunitas yang toleran dan damai yang di satu sisi memberikan pemberdayaan kepada perempuan dengan cara meningkatkan kemampuan mereka dalam kegiatan ekonomi.
Wahid Foundation menggandeng UN Women untuk mengembangkan inisiatif Desa Damai yang bertujuan melibatkan perempuan dalam membangun masyarakat damai dan mandiri.
Menyebarkan nilai-nilai perdamaian perlu dilakukan melalui penguatan kohesi sosial. Salah satu syarat utama dalam membangun kohesi sosial adalah penguatan ekonomi dan pemahaman mengenai toleransi dan perdamaian.
Retno memandang inisiatif tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan di tingkat global.
Menteri Luar Negeri juga menyampaikan kepada negara-negara anggota GCTF bahwa peristiwa teror bom di Surabaya pada Mei lalu, yang pelakunya satu keluarga (ayah, ibu, dan anak-anak), telah menjadi semacam panggilan dan momentun untuk meningkatkan upaya menjadikan perempuan sebagai agen perdamaian.
Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI Grata Endah Werdaningtyas mengungkapkan bahwa pertemuan GCTF akan mengadopsi sejumlah dokumen, salah satunya deklarasi tingkat menteri yang intinya mendukung kerja sama dengan PBB untuk menanggulangi isu-isu evolusi dari konter terorisme.
Selain itu akan ada dokumen-dokumen yang merupakan kompilasi dari hasil pembelajaran atau pengalaman dari semua negara anggota dalam menanggulangi terorisme, keluarga teroris, serta deradikalisasi di tataran lokal.
Baca juga: Indonesia dorong partisipasi perempuan dalam perdamaian dunia
"Kami menekankan bahwa perempuan bisa menjadi target rekrutment (teroris), tapi perempuan bisa juga menjadi agen perdamaian," katanya pada pertemuan tingkat menteri Forum Konter-Terorisme Global (GCTF) ke-9 yang berlangsung di sela Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa ke-73.
GCTF merupakan platform multilateral informal yang beranggotakan 30 negara. Forum yang dibentuk tahun 2011 ini menjalankan fungsi sebagai wadah respons upaya kerja sama penanggulangan terorisme.
Forum fokus pada upaya-upaya untuk mengumpulkan sumber daya, keahlian, informasi dan hal-hal yang nantinya dianggap krusial dalam upaya penanggulangan terorisme. Negara-negara anggota menganggap penting kerja sama internasional karena ancaman terorisme sifatnya lintas batas dan sudah melibatkan aktor-aktor non-negara.
Indonesia merupakan satu-satunya negara di Asia Tenggara yang diminta menjadi anggota forum konter-terorisme, dan dianggap memiliki pendekatan komprehensif yang mengedepankan dialog dalam menghadapi ancaman terorisme.
"Oleh sebab itu tadi saya menyampaikan bahwa kalau kita ingin memberantas terorisme maka tidak dapat hanya dilakukan di tingkat pengambil kebijakan tapi harus masuk ke komunitas, harus kerja sama dengan keluarga dan sebagainya," kata Retno.
Retno mengambil contoh inisiatif Desa Damai yang diprakarsai oleh Wahid Institute. Inisiatif tersebut bertujuan membuat komunitas yang toleran dan damai yang di satu sisi memberikan pemberdayaan kepada perempuan dengan cara meningkatkan kemampuan mereka dalam kegiatan ekonomi.
Wahid Foundation menggandeng UN Women untuk mengembangkan inisiatif Desa Damai yang bertujuan melibatkan perempuan dalam membangun masyarakat damai dan mandiri.
Menyebarkan nilai-nilai perdamaian perlu dilakukan melalui penguatan kohesi sosial. Salah satu syarat utama dalam membangun kohesi sosial adalah penguatan ekonomi dan pemahaman mengenai toleransi dan perdamaian.
Retno memandang inisiatif tersebut memiliki potensi untuk dikembangkan di tingkat global.
Menteri Luar Negeri juga menyampaikan kepada negara-negara anggota GCTF bahwa peristiwa teror bom di Surabaya pada Mei lalu, yang pelakunya satu keluarga (ayah, ibu, dan anak-anak), telah menjadi semacam panggilan dan momentun untuk meningkatkan upaya menjadikan perempuan sebagai agen perdamaian.
Direktur Keamanan Internasional dan Pelucutan Senjata Kementerian Luar Negeri RI Grata Endah Werdaningtyas mengungkapkan bahwa pertemuan GCTF akan mengadopsi sejumlah dokumen, salah satunya deklarasi tingkat menteri yang intinya mendukung kerja sama dengan PBB untuk menanggulangi isu-isu evolusi dari konter terorisme.
Selain itu akan ada dokumen-dokumen yang merupakan kompilasi dari hasil pembelajaran atau pengalaman dari semua negara anggota dalam menanggulangi terorisme, keluarga teroris, serta deradikalisasi di tataran lokal.
Baca juga: Indonesia dorong partisipasi perempuan dalam perdamaian dunia
Pewarta: Aditya Eko Sigit Wicaksono
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2018
Tags: