Kematian individu harimau berdampak luas pada populasi
26 September 2018 21:17 WIB
Arsip foto - Si Bancah Harimau Sumatera (Panthera tigris sumatrae), Si Bancah, hanya bisa berbaring di kandangnya di Taman Margasatwa dan Budaya Kinantan (TMSBK), Bukittinggi, Sumbar, Minggu (13/5). Menurut petugas, Si Bancah diperkirakan usia 10 tahun itu merupakan penghuni tetap TMSBK sejak tahun 2007 karena dikhawatirkan tidak bisa bersaing dengan harimau lain bila dikembalikan ke habitat aslinya, akibat amputasi kaki kiri belakang beberapa tahun lalu karena terjerat perangkap. (FOTO ANTARA/Iggoy el Fitra)
Pekanbaru (ANTARA News) - Organisasi non-pemerintah internasional World Wild Fund for Nature (WWF) menyatakan bahwa kematian harimau berdampak luas terhadap populasi satwa bernama latin Panthera tigris sumatrae tersebut.
"Dari hasil beberapa analisis menunjukkan bahwa ketika kehilangan individu harimau secara langsung, berpengaruh terhadap ketahanan populasinya," kata Module Leader Riset Harimau WWF Sumatera Bagian Tengah, Febri Anggriawan Widodo kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Ia menuturkan bahwa kematian seekor harimau secara langsung dampaknya lebih buruk dibanding dengan penyusutan habitat harimau. Jika penyusutan habitat, maka harimau masih dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu.
"Tapi kalau individu hilang, kehilangan satu betina yang bisa mereproduksi beberapa anak. Itu sangat disayangkan," ujarnya.
Tidak hanya harimau betina, kehilangan individu harimau jantan juga memiliki dampak yang cukup luas. Harimau jantan, lanjutnya, berperan penting untuk memperkaya genetik keturunannya sehingga keduanya dibutuhkan pengawasan ketat dari semua pihak.
Ia menjelaskan hal tersebut ketika dikonfirmasi terkait kematian seekor harimau betina dewasa di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, Rabu siang.
Si belang malang itu ditemukan mati dengan kondisi mengenaskan. Tubuh harimau yang dipastikan dalam kondisi hamil itu terlilit tali penjerat di areal perbukitan. Sebelum mati dalam kondisi mengenaskan, harimau tersebut sempat terperangkap jerat warga.
"Kami sangat menyayangkan kematian satwa yang dilindungi tersebut, apalagi ini satwa betina dewasa yang siap untuk melahirkan anak anak harimau selanjutnya," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono.
Baca juga: Harimau Sumatera tewas terjerat di Riau
Baca juga: Harimau yang tewas terjerat diotopsi di Pekanbaru
"Dari hasil beberapa analisis menunjukkan bahwa ketika kehilangan individu harimau secara langsung, berpengaruh terhadap ketahanan populasinya," kata Module Leader Riset Harimau WWF Sumatera Bagian Tengah, Febri Anggriawan Widodo kepada Antara di Pekanbaru, Rabu.
Ia menuturkan bahwa kematian seekor harimau secara langsung dampaknya lebih buruk dibanding dengan penyusutan habitat harimau. Jika penyusutan habitat, maka harimau masih dapat bertahan dalam jangka waktu tertentu.
"Tapi kalau individu hilang, kehilangan satu betina yang bisa mereproduksi beberapa anak. Itu sangat disayangkan," ujarnya.
Tidak hanya harimau betina, kehilangan individu harimau jantan juga memiliki dampak yang cukup luas. Harimau jantan, lanjutnya, berperan penting untuk memperkaya genetik keturunannya sehingga keduanya dibutuhkan pengawasan ketat dari semua pihak.
Ia menjelaskan hal tersebut ketika dikonfirmasi terkait kematian seekor harimau betina dewasa di Kabupaten Kuantan Singingi, Riau, Rabu siang.
Si belang malang itu ditemukan mati dengan kondisi mengenaskan. Tubuh harimau yang dipastikan dalam kondisi hamil itu terlilit tali penjerat di areal perbukitan. Sebelum mati dalam kondisi mengenaskan, harimau tersebut sempat terperangkap jerat warga.
"Kami sangat menyayangkan kematian satwa yang dilindungi tersebut, apalagi ini satwa betina dewasa yang siap untuk melahirkan anak anak harimau selanjutnya," kata Kepala Balai Besar Konservasi Sumber Daya Alam (BBKSDA) Riau, Suharyono.
Baca juga: Harimau Sumatera tewas terjerat di Riau
Baca juga: Harimau yang tewas terjerat diotopsi di Pekanbaru
Pewarta: Bayu Agustari Adha
Editor: Desi Purnamawati
Copyright © ANTARA 2018
Tags: