Santiago, Chile (ANTARA News) - Chile pada Senin (24/9) mengumumkan peringatan kesehatan, yang dipicu oleh tingkat polusi udara, untuk kota kecil pantai Quintero dan Puchuncav di Wilayah Tengah negeri itu, Valaparaiso.
Para pejabat juga memerintahkan indsutri lokal penyebab polusi agar menghentikan operasi, setelah ratusan kasus warga memperlihatkan tanda keracunan akibat konsentrasi tinggi zat pencemar di udara.
Pemerintah sedang mencari penyelesaian permanen bagi krisis tersebut, yang telah memerlukan proses selama beberapa dasawarsa, kata Menteri Lingkungan Hidup Carolina Schmidt kepada wartawan.
"Pemerintah telah melakukan setiap langkah untuk mengurangi babak seperti itu di daerah tersebut", tapi "anda tak bisa menghapuskan lebih dari 50 tahun polusi hanya dalam satu bulan", kata Schmitd, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Selasa pagi.
Para pejabat sedang mempertimbangkan standard lebih ketat bagi pembuangan sulfur dioksida (SO2) denga mensahkan normal internasional, tindakan yang telah dituntut oleh para pecintan lingkungan hidup.
Peringatan tersebut dikeluarkan setelah sejumlah siswa jatuh sakit dalam beberapa pekan belakangan, sehingga memaksa pemerintah setempat membekukan kegiatan belajar-mengajar dan meluncurkan pusat perawatan darurat.
Pada Senin, siswa di kedua kota kecil itu dijadwalkan kembali ke sekolah setelah pemerintah bertindak untuk menghentikan peringatan tingkat-kuning, keputusan yang ditentang oleh Perguruan Tinggi Medis dan warga lokal Chile.
Presiden Sebastian Pinera belum lama ini berjanji akan membersihkan masyarakat yang tercemar "arsenik" dan zat pencemar lain, termasuk residu "karbon dan hidrokarbon" dari daerah pabrik industri.
"Kami memiliki dugaan kuat bahwa arsenik mungkin adalah penyebab peristiwa tinggi kanker --yang mempengaruhi banyak warga di kedua kota kecil ini," kata Pinera.
Editor Chaidar Abdullah
Chile umumkan siaga kesehatan di kota tercemar polusi
25 September 2018 13:59 WIB
Gurun Atacama di Chile (Wikipedia)
Pewarta: Chaidar Abdullah
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: