Jakarta (ANTARA News) – Sejumlah ahli gizi menyerukan masyarakat untuk menempuh pola gizi seimbang agar terhindar dari berbagai penyakit akibat malnutrisi serta bijak dalam menyikapi berbagai informasi yang beredar terkait kandungan produk makanan dan minuman.

Anggota Dewan Pengurus Pusat Persatuan Ahli Gizi (Persagi) Marudut Sitompul dalam keterangan yang diterima, Senin, menyatakan semestinya informasi kandungan gizi sebuah produk disampaikan para ahli sehingga dapat memberikan pencerahan kepada masyarakat.

Salah satu contoh adalah polemik susu kental manis yang muncul akibat kesimpangsiuran informasi dari pihak yang kurang berkompeten tentang gizi.

Marudut menegaskan susu kental manis merupakan produk susu yang memiliki kandungan gizi yang penting bagi tubuh seseorang.

“Produk seperti ini tidak hanya diakui di Indonesia, namun juga dunia,” kata Marudut.

Namun, dia juga tidak menyarankan bahwa produk ini sebagai satu-satunya sumber gizi bagi masyarakat.

Sebelumnya, Ketua Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan Universitas Indonesia Ahmad Syafiq mengatakan susu kental manis aman dikonsumsi secara proporsional.

Dalam hal ini, susu kental manis bisa saling melengkapi dengan jenis makanan lain guna memenuhi kebutuhan gizi seseorang.

Menurut dia, siapa saja boleh mengkonsumsi susu kental manis dalam jumlah tidak berlebihan. Namun perlu diingat, susu kental manis tidak cocok untuk bayi sampai usia 12 bulan dan bukan untuk menggantikan Air Susu Ibu.

“Susu kental manis boleh disajikan sebagai minuman, tetapi tentu untuk balita harus disesuaikan penyajiannya dan bukan sebagai asupan tunggal,” ujar Ahmad.

Hal ini penting karena data Kementerian Kesehatan pada 2015 dalam Survei Diet Total menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih kekurangan pasokan energi.

Fakta ini belum termasuk kekurangan asupan gizi lain, sehingga konsumsi gula secara wajar tidak menjadi persoalan karena unsur makanan tersebut adalah sumber energi. Kondisi tubuh yang kekurangan energi justru berbahaya bagi tumbuh kembang anak.

Ketua Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan Indonesia (Pergizi Pangan) Prof Hardinsyah mengatakan masyarakat perlu bijak dalam menyikapi informasi yang beredar, tidak panik dan meningkatkan pengetahuan mengenai gizi seimbang serta kebutuhan dan kecukupan gizi.

Informasi harus diperoleh dari ahli gizi yang kompeten, katanya.