Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) menyatakan akan berupaya menjaga volatilitas (pergerakan) rupiah sehingga rata-rata nilai tukar pada level Rp9.000-Rp9.300 per dolar Amerika Serikat (AS) pada 2008. "Kisaran nilai tukar tersebut cukup realistis dengan mempertimbangkan perkembangan faktor fundamental perekonomian nasional yang semakin membaik," kata Deputi Gubernur BI, Aslim Tadjuddin, dalam Rapat Kerja Komisi XI DPR dengan Menteri Keuangan (Menkeu) di Gedung DPR/MPR Jakarta, Senin. Ia mengemukakan, meski rupiah pada akhir-akhir ini sempat tertekan akibat kasus "subprime mortgage" namun berbagai langkah bank sentral asing terutama The Federal Reserves (Bank Sentral AS) untuk mengendalikan masalah tersebut bekerja dengan baik sehingga pada tahun 2008 diharapkan keadaan rupiah semakin terkendali. "Memperhatikan langkah kemajuan dari berbagai langkah kebijakan yang ditempuh beberapa bank sentral negara maju khususnya The Federal Reserves untuk mengatasi krisis pasar kredit global, kami mengharapkan kondisi pasar keuangan global kembali pulih sehingga turut memberikan dampak positif terhadap pasar keuangan domestik," katanya. Ia juga menambahkan, pengaruh negatif dari krisis "subprime mortgage" yang menekan rupiah bukanlah faktor penyebab yang fundamental. Namun demikian ia mengatakan, BI dan Pemerintah tetap waspada memandang dampak lanjutan dari akibat krisis tersebut meski telah mulai terkendali. Untuk itu, menurut dia, BI dan Pemerintah akan senantiasa menjaga kestabilan makro ekonomi dengan memberikan sinyal positif kepada pasar keuangan untuk meningkatkan kepercayaan pasar terhadap stabilitas sistem keuangan dan makro ekonomi. Sementara itu, terkait dengan asumsi nilai tukar dalam RAPBN 2008 sebesar Rp9.100 per dolar AS, Aslim mengatakan, masih realistis dan tetap searah dengan perkiraan BI. (*)