Pekerja berpendidikan tinggi di Indonesia hanya 12 persen
22 September 2018 15:12 WIB
Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof Intan Ahmad saat menjadi narasumber Festival Riset 2018 Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Diponegoro mewakili Menteri Mohamad Nasir di Semarang, Sabtu (22/9/2018). (ANTARA/Dewanto Samodro) (ANTARA/Dewanto Samodro)
Semarang (ANTARA News) - Jumlah pekerja yang berpendidikan menengah ke bawah di Indonesia lebih banyak daripada yang berpendidikan tinggi yang hanya 12 persen, kata Pelaksana Tugas Direktur Jenderal Pembelajaran dan Kemahasiswaan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Prof Intan Ahmad.
"Di Indonesia pekerja yang berpendidikan tinggi hanya 12 persen," kata Intan saat menjadi narasumber Festival Riset 2018 Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Diponegoro mewakili Menteri Mohamad Nasir di Semarang, Sabtu.
Intan kemudian membandingkan dengan beberapa negara. Malaysia misalnya, pekerja yang berpendidikan tinggi mencapai 20 persen, sedangkan di Eropa mencapai 40 persen.
"Kalau pekerja Indonesia mau bersaing dengan pekerja asing, harus sebanding. Masak lulusan SMP atau SMA bersaing dengan sarjana," tuturnya.
Intan mencontohkan pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri. Kebanyakan dari mereka berpendidikan rendah, sehingga benyak yang bekerja di sektor domestik.
Dibandingkan pekerja migran dari negara-negara lain, misalnya Filipina, pekerja Indonesia di sektor domestik mendapatkan upah lebih rendah.
"Kalau pendidikan pekerja migran lebih tinggi, atau menguasai bahasa Inggris atau bahasa setempat, pasti akan mendapatkan upah lebih tinggi," katanya.
Baca juga: Menristekdikti: revolusi industri 4.0 tidak bisa dihindari
Baca juga: Era Industri 4.0, Presiden minta pemuda ikuti perkembangan teknologi
"Di Indonesia pekerja yang berpendidikan tinggi hanya 12 persen," kata Intan saat menjadi narasumber Festival Riset 2018 Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Diponegoro mewakili Menteri Mohamad Nasir di Semarang, Sabtu.
Intan kemudian membandingkan dengan beberapa negara. Malaysia misalnya, pekerja yang berpendidikan tinggi mencapai 20 persen, sedangkan di Eropa mencapai 40 persen.
"Kalau pekerja Indonesia mau bersaing dengan pekerja asing, harus sebanding. Masak lulusan SMP atau SMA bersaing dengan sarjana," tuturnya.
Intan mencontohkan pekerja migran Indonesia yang bekerja di luar negeri. Kebanyakan dari mereka berpendidikan rendah, sehingga benyak yang bekerja di sektor domestik.
Dibandingkan pekerja migran dari negara-negara lain, misalnya Filipina, pekerja Indonesia di sektor domestik mendapatkan upah lebih rendah.
"Kalau pendidikan pekerja migran lebih tinggi, atau menguasai bahasa Inggris atau bahasa setempat, pasti akan mendapatkan upah lebih tinggi," katanya.
Baca juga: Menristekdikti: revolusi industri 4.0 tidak bisa dihindari
Baca juga: Era Industri 4.0, Presiden minta pemuda ikuti perkembangan teknologi
Pewarta: Dewanto Samodro
Editor: Dewanti Lestari
Copyright © ANTARA 2018
Tags: