Jakarta (ANTARA News) - Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) bersama Sumba Hospitality Foundation (sekolah bidang pariwisata di Sumba) bekerja sama meningkatkan kompetensi pekerja pariwisata di Sumba, Nusa Tenggara Timur, mengingat industri pariwisata di daerah tersebut terus menunjukkan tren positif.

“Instruktur dari sekolah ini akan mengajari peserta menjadi pekerja di bidang jasa pariwisata secara profesional, bertaraf internasional,” kata Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) M Hanif Dhakiri melalui siaran pers yang diterima Antara, Jumat.

Bentuk kerja sama yang akan dilakukan adalah instruktur dari Sumba Hospitality Foundation akan memberikan pelatihan di Balai Latihan Kerja (BLK) milik Kemnaker.

“Minggu depan, tim Kemnaker akan melakukan peninjauan BLK di Sumba untuk memastikan kesiapan pelaksanaan program ini,” jelas Hanif.

Tidak hanya dilatih, para siswa juga akan diikutkan magang di berbagai hotel berbintang di Bali. Tujuannya, agar para siswa mengenal dunia kerja yang sesungguhnya sehingga mereka lebih siap masuk dunia kerja, baik di dalam maupun luar negeri.

Kerja sama tersebut bentuk dari komitmen pemerintah yang terus meningkatkan akses dan mutu pelatihan kejuruan di BLK.

Selain itu, pemerintah juga terus berdialog dan berinteraksi dengan berbagai pihak, terutama kalangan pendidikan dan dunia usaha guna membuka peluang kerja sama dalam rangka meningkatkan kualitas SDM Indonesia.

Kerja sama semacam ini guna memastikan peserta pelatihan langsung bisa diterima di dunia kerja.

Pendiri dan Pembina Sumba Hospitality Foundation, Inge de Lathauwer, mengatakan pihaknya menyambut baik kerja sama ini.

“Kami ingin membantu meningkatkan kompetensi anak muda Sumba, khususnya di sektor pariwisata,” kata Inge.

Pihaknya akan mendatangkan tenaga instruktur dari Eropa. Mereka akan memberikan keterampilan hospitality serta Bahasa Inggris.

Sumba Hospitality Foundation berdiri sejak tahun 2015. Lembaga ini fokus melatih masyarakat pra-sejahtera di Sumba supaya memiliki kompetensi di bidang pariwisata.

Pelatihan dilakukan selama 10-11 bulan dengan pengajar 80 persen berasal dari luar negeri.

Baca juga: Tingkatkan kompetensi, Kemnaker buka 1.000 BLK di pesantren
Baca juga: Parade 1001 kuda sandelwood, atraksi wisata Pulau Sumba