Jakarta (Antara News) - Program "Lalintas" dan organisasi non profit United in Diversity membantu pemerintah dalam mengkampanyekan keselamatan berkendara untuk generasi milenial.

Co-Founder Lalintas Chaerany Putri dalam diskusi di Jakarta, Jumat, mengatakan gerakan bersama "Indonesia: Road to Safety" membangun kesadaran untuk mengubah pola pikir dalam berkendara yang aman dan nyaman.

"Hal ini kami lakukan dengan pendekatan yang kreatif, tidak hanya dengan metode sosialisasi namun juga dengan pendekatan permainan-permainan sosial yang menggugah, khususnya bagi para remaja," kata Putri.

Menurut Putri, penyebab utama anak-anak muda mengalami kecelakaan, yakni "micro sleep" atau tertidur selama beberapa detik selama berkendara.

Berdasarkan data Ditjen Perhubungan Darat Kementerian Perhubungan, korban kecelakaan lalu lintas terbanyak adalah berusia 20-29 tahun sebanyak 38.300 orang (2017) dan usia 10-19 tahun sebanyak 32.491 orang.

Oleh karena itu, upaya penurunan angka kecelakan lalu lintas memerlukan aksi nyata yang berkelanjutan dan secara bersama-sama. Tanpa aksi nyata dan gerakan bersama, kecelakaan lalu lintas diprediksi dapat menjadi penyebab kematian ke-7 tertinggi di dunia pada tahun 2030.

"Indonesia: Road to Safety" merupakan sebuah bentuk dukungan atas kampanye yang dilakukan oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) melalui World Health Organization (WHO), yakni Dekade Aksi Keselamatan Jalan 2011-2020.

Tujuan dari kampanye ini adalah untuk mengurangi angka kematian akibat kecelakaan sebanyak 50 persen pada tahun 2020. Pada saat ini, setiap tahunnya tercatat sekitar 26.000-29.000 jiwa tewas karena kecelakaan lalu lintas di lndonesia.

Jika mengacu pada Program Dekade Aksi Keselamatan Jalan, Indonesia memiliki target untuk mengurangi korban meninggal hingga 14.000-15.000 jiwa pada 2020.

Indonesia sendiri termasuk dalam sepuluh besar negara dunia dengan tingkat kecelakaan lalu lintas tertinggi. Angka ini lebih tinggi daripada kematian yang disebabkan hal lain, misalnya penyakit.

Lima daerah di Indonesia dengan kecelakaan lalu lintas tertinggi adalah Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Sulawesi Selatan dan Sumatera Utara. Hingga Februari 2018, penyebab kematian tertinggi untuk usia remaja adalah kecelakaan lalu lintas.

Kecelakaan lalu lintas dapat berujung pada kemiskinan sistemik jika korban adalah tulang punggung keluarga. Kecelakaan lalu lintas berdampak luas pada persoalan ekonomi nasional.

WHO memperkirakan bahwa kerugian negara karena kecelakaan di jalan raya bisa mencapai 3 persen dari total Produk Domestik Bruto. Dalam laporan tahunannya, Badan Pusat Statistik menyatakan bahwa kerugian negara pada tahun 2016 karena kecelakaan di jalan raya adalah hampir mendekati Rp227 miliar.

"Melalui 'Indonesia: Road to Safety’, Lalintas dan UID mengajak semua lapisan masyarakat untuk menjaga keselamatan kita dan orang-orang di sekitar kita. Kami yakin jika masyarakat mendapatkan sosialiasi dan akses informasi yang baik, angka fatalitas kecelakaan lalu lintas pasti dapat ditekan," tutup Putri.