Ahli sarankan manfaatkan semaksimal mungkin nomor urut calon presiden-wakil presiden
21 September 2018 13:33 WIB
Dokumentasi sejumlah polisi menjaga Kantor KPU Pusat, Jakarta, Jumat (10/8/2018). Sebanyak 4.000 personel gabungan polisi dan TNI dipersiapkan untuk mengamankan pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden periode 2019-2024. (ANTARA FOTO/Aprillio Akbar)
Jakarta (ANTARA News) - Seorang ahli semiotika atau ilmu tentang tanda dan simbol menjelaskan, nomor urut calon presiden-wakil presiden harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, sehingga penting atau tidaknya angka itu sangat bergantung pada kreatifitas tim kampanye.
"Dalam ilmu semiotika, angka itu adalah tanda yang menunjukkan sesuatu, sekarang kalau di politik, angka itu harus menciptakan makna, tim kampanye harus kreatif dalam memaknai nomor urut yang akan didapat," kata ahli semiotika, Dr Acep Saidi, ketika diwawancarai di Jakarta, Jumat.
ANTARA menanyakan masalah nomor urut kepada dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, karena KPU Pusat, di Jakarta, Jumat malam ini akan menentukan nomor urut kontestan Pemilu 2019, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Sang ahli itu menambahkan kedua pasangan ini sekarang sedang menunjukkan identitasnya melalui simbol-simbol, di antaranya pakaian yang digunakan Jokowi, yang mencantumkan gambar yang menarik perhatian kaum muda atau milenial. Sementara itu untuk mengimbangi Jokowi-Ma'ruf, maka kubu Prabowo menonjolkan Sandiaga Uno sebagai tokoh kaum muda.
Sementara itu ketika diminta membandingkan kampanye 2018-2019 dengan lima tahun lalu, Saidi menjelaskan, tahun ini yang membedakan adalah masing-masing simbol dari kedua kubu dilihat dari usia. Kubu Jokowi-Ma'ruf Amin identik dengan pasangan kelompok yang lebih tua. sedangkan kubu Prabowo-Sandiaga Uno mencerminkan sisi kelompok yang lebih muda.
Pada kesempatan itu dia mengharapkan tidak akan terjadinya gesekan di antara massa kedua kelompok itu. Tapi perlu diwaspadai kemungkinan munculnya kelompok tertentu yang ingin berusaha mencoba mencari keuntungan dari perbedaan kedua kelompok.
"Dalam ilmu semiotika, angka itu adalah tanda yang menunjukkan sesuatu, sekarang kalau di politik, angka itu harus menciptakan makna, tim kampanye harus kreatif dalam memaknai nomor urut yang akan didapat," kata ahli semiotika, Dr Acep Saidi, ketika diwawancarai di Jakarta, Jumat.
ANTARA menanyakan masalah nomor urut kepada dosen Institut Teknologi Bandung (ITB) itu, karena KPU Pusat, di Jakarta, Jumat malam ini akan menentukan nomor urut kontestan Pemilu 2019, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno dan Joko Widodo-Ma'ruf Amin.
Sang ahli itu menambahkan kedua pasangan ini sekarang sedang menunjukkan identitasnya melalui simbol-simbol, di antaranya pakaian yang digunakan Jokowi, yang mencantumkan gambar yang menarik perhatian kaum muda atau milenial. Sementara itu untuk mengimbangi Jokowi-Ma'ruf, maka kubu Prabowo menonjolkan Sandiaga Uno sebagai tokoh kaum muda.
Sementara itu ketika diminta membandingkan kampanye 2018-2019 dengan lima tahun lalu, Saidi menjelaskan, tahun ini yang membedakan adalah masing-masing simbol dari kedua kubu dilihat dari usia. Kubu Jokowi-Ma'ruf Amin identik dengan pasangan kelompok yang lebih tua. sedangkan kubu Prabowo-Sandiaga Uno mencerminkan sisi kelompok yang lebih muda.
Pada kesempatan itu dia mengharapkan tidak akan terjadinya gesekan di antara massa kedua kelompok itu. Tapi perlu diwaspadai kemungkinan munculnya kelompok tertentu yang ingin berusaha mencoba mencari keuntungan dari perbedaan kedua kelompok.
Pewarta: Arnaz F Firman
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: