Mendikbud berharap SEAMEO atasi ketimpangan pendidikan
19 September 2018 18:53 WIB
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Muhadjir Effendy memberikan sambutan pada seminar internasional SEAMEO di Kuta Bali, Rabu (19/9/2018). (ANTARA/Taufik Ridwan)
Kuta, Bali (ANTARA News) - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) RI Muhadjir Effendy berharap seminar internasional "Southeast Asia Ministry of Education" (SEAMEO) mengatasi disparitas atau ketimpangan bidang pendidikan pada negara kawasan Asia Tenggara.
"Mudah-mudahan pertemuan (SEAMEO) ini banyak memberikan manfaatnya untuk mempercepat ketimpangan pendidikan," kata Muhadjir di Kuta Bali, Rabu.
Muhadjir sempat menghadiri dan menyampaikan sambutan pada acara seminar internasional SEAMEO yang diikuti perwakilan kementerian pendidikan negara kawasan Asia Tenggara dan menghadirkan 29 pembicara, serta pakar pada bidang pendidikan.
Muhadjir menyatakan hampir seluruh negara anggota SEAMEO kawasan Asia Tenggara memiliki masalah ketimpangan pada sektor pendidikan termasuk kendala mendapatkan akses pendidikan.
"Oleh karena itu akan menjadi topik utama dalam seminar ini," ujar Muhadjir.
Muhadjir menuturkan setiap negara bisa saling berbagi pengalaman maupun solusi terbaik ketika mengatasi masalah pendidikan terutama menyongsong era industri 4.0.
Muhadjir menjelaskan SEAMEO merupakan organisasi untuk bertukar informasi dan berbagi pengalaman menghadapi masalah pendidikan antarnegara kawasan Asia Tenggara.
Menurut Muhadjir, setiap negara memiliki cara sendiri untuk mengatasi masalah pendidikan, kemudian sasaran selanjutnya berbagi sumber daya terutama bagi negara yang sudah dianggap maju pada bidang pendidikan.
"Agar negara tertinggal bisa segera mengejar ketertinggalan, itu yang menjadi komitmen SEAMEO," ungkapnya.
Selain itu, SEAMEO juga dapat bertukar pikiran guna mengatasi mobilitas siswa dan lulusan perguruan tinggi sebagai tenaga kerja karena sudah terjalin kesepakatan antarnegara ASEAN terkait kebijakan ketenagakerjaan.
"Jangka panjang kita harus melakukan semacam standarisasi sehingga mobilitas tenaga kerja dari negara satu ke negara lain di kawasan ASEAN ini tidak terkendala dalam persoalan keterampilan sejenis dan kualifikasi dari keterampilan tersebut ini juga akan menjadi agenda ke depan," tutur mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.
Muhadjir mengatakan sejumlah pelajar dari negara lain belajar disiplin ilmu pengetahuan di Indonesia sehingga ketika lulus maka keahlian dan kemahirannya sesuai dengan standar yang dibutuhkan negara asalnya.
Baca juga: Mendikbud sebut SEAMEO usung tujuh program prioritas pendidikan
Baca juga: Kemdikbud gelar seminar pendidikan tingkat Asia Tenggara
"Mudah-mudahan pertemuan (SEAMEO) ini banyak memberikan manfaatnya untuk mempercepat ketimpangan pendidikan," kata Muhadjir di Kuta Bali, Rabu.
Muhadjir sempat menghadiri dan menyampaikan sambutan pada acara seminar internasional SEAMEO yang diikuti perwakilan kementerian pendidikan negara kawasan Asia Tenggara dan menghadirkan 29 pembicara, serta pakar pada bidang pendidikan.
Muhadjir menyatakan hampir seluruh negara anggota SEAMEO kawasan Asia Tenggara memiliki masalah ketimpangan pada sektor pendidikan termasuk kendala mendapatkan akses pendidikan.
"Oleh karena itu akan menjadi topik utama dalam seminar ini," ujar Muhadjir.
Muhadjir menuturkan setiap negara bisa saling berbagi pengalaman maupun solusi terbaik ketika mengatasi masalah pendidikan terutama menyongsong era industri 4.0.
Muhadjir menjelaskan SEAMEO merupakan organisasi untuk bertukar informasi dan berbagi pengalaman menghadapi masalah pendidikan antarnegara kawasan Asia Tenggara.
Menurut Muhadjir, setiap negara memiliki cara sendiri untuk mengatasi masalah pendidikan, kemudian sasaran selanjutnya berbagi sumber daya terutama bagi negara yang sudah dianggap maju pada bidang pendidikan.
"Agar negara tertinggal bisa segera mengejar ketertinggalan, itu yang menjadi komitmen SEAMEO," ungkapnya.
Selain itu, SEAMEO juga dapat bertukar pikiran guna mengatasi mobilitas siswa dan lulusan perguruan tinggi sebagai tenaga kerja karena sudah terjalin kesepakatan antarnegara ASEAN terkait kebijakan ketenagakerjaan.
"Jangka panjang kita harus melakukan semacam standarisasi sehingga mobilitas tenaga kerja dari negara satu ke negara lain di kawasan ASEAN ini tidak terkendala dalam persoalan keterampilan sejenis dan kualifikasi dari keterampilan tersebut ini juga akan menjadi agenda ke depan," tutur mantan Rektor Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) itu.
Muhadjir mengatakan sejumlah pelajar dari negara lain belajar disiplin ilmu pengetahuan di Indonesia sehingga ketika lulus maka keahlian dan kemahirannya sesuai dengan standar yang dibutuhkan negara asalnya.
Baca juga: Mendikbud sebut SEAMEO usung tujuh program prioritas pendidikan
Baca juga: Kemdikbud gelar seminar pendidikan tingkat Asia Tenggara
Pewarta: Taufik Ridwan
Editor: Arief Mujayatno
Copyright © ANTARA 2018
Tags: