Jakarta (ANTARA News) - Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) meminta Komisi Pemilihan Umum untuk membuka diri terhadap para pemangku kepentingan dalam memperbaiki daftar pemilih tetap (DPT) pemilu 2019.
"Seharusnya semua pihak bekerja bersama. Tentunya dengan KPU membuka diri untuk keterlibatan publik tak hanya bekerja dan berbicara dengan jajarannya semata," kata Sekretaris Jenderal KIPP Kaka Suminta di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan, hasil pencermatan yang dilakukan selama sepuluh hari sebelumnya tidak memberikan perbaikan, malah justru menimbulkan kecemasan publik, karena muncul masalah baru terkait data invalid.
Keputusan KPU yang menambah waktu hingga 60 hari untuk perbaikan DPT seharusnya diikuti dengan kejelasan sistem dalam penentuan DPT serta pebaikan dalam sistem informasi pemilih (sidalih) yang dinilainya kurang transparan.
Selain itu, kerja sama antara KPU, Bawaslu dan Kemendagri dalam pembentukan DPT juga harus diperbaiki. Mengingat, Bawaslu maupun Kemendagri seringkali memberikan rekomendasi saat penentuan akhir ketika hendak ditetapkan, katanya.
"Diharapkan dalam waktu yang telah ditentukan tersebut masalah ini bisa selesai. Karena akan sangat riskan jika data pemilih ini menjadi pokok permasalahan, proses dan hasil pemilu yang akan tercederai," katanya.
Sebelumnya Komisi Pemilihan Umum dalam sidang pleno rekapitulasi DPT hasil perbaikan di Jakarta, Minggu 16 September 2018, memutuskan memperpanjang perbaikan DPT selama 60 hari. Ini merupakan kali kedua KPU memutuskan perbaikan DPT. Dalam rapat pleno rekapituasi DPT pemilu 2019 yang digelar 5 September 2018, KPU memutuskan waktu perbaikan selama 10 hari.
KIPP minta KPU terbuka dalam perbaikan DPT
19 September 2018 16:18 WIB
Komite Independen Pemantau Pemilu (KIPP) menemukan sejumlah pelanggaraan saat memantau kegiatan pemungutan suara dalam Pilkada Jakarta pada 11 Juli 2012. ()
Pewarta: M Arief Iskandar
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2018
Tags: