Pemerintah upayakan angka fertilitas total 2,1
18 September 2018 18:38 WIB
Plt Kepala BKKBN Sigit Priohutomo (kedua kiri) bersama Menteri Kesehatan (kedua kanan) memberikan keterangan pers dalam acara Konferensi Internasional Antarkementerian Kerja Sama Selatan-Selatan Triangular di Kuta Bali, Selasa (18/9/2018). (ANTARA/Aditya Ramadhan)
Badung, Bali (ANTARA News) - Pemerintah mengupayakan angka fertilitas total (TFR) atau jumlah anak yang dimiliki per 1000 wanita berada di angka 2,1 untuk menjaga kualitas penduduk.
"Kami ingin capai di 2,1. Di beberapa daerah sudah di bawah 2,1, kalau yang sudah rendah kita tingkatkan kualitasnya, kita stop supaya jangan terus turun," kata Pelaksana tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sigit Priohutumo di Kuta Bali, Selasa.
Sigit mengatakan saat ini TFR secara nasional berada di 2,4, kendati ada beberapa daerah yang berada di angka 1,9.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek menekankan bahwa angka TFR juga harus dijaga agar tidak di bawah 2,1 agar Indonesia memiliki populasi penduduk yang seimbang.
"Jadi harus seimbang. Satu, pasti harus berkualitas. Tapi juga harus seimbang, melihat kecukupan lahan, dan kecukupan ketahanan pangan, juga perlu ada perlindungan-perlindungan. Kalau mau seimbang TFR di 2,1, saat ini 2,4, walau ada yang 1,9. Terlalu rendah juga tidak terlalu baik nanti orang tuanya lebih banyak dari orang muda," kata Menkes.
Menteri Nila menegaskan salah satu upaya untuk menurunkan angka TFR menjadi 2,1 pada 2020 ialah dengan mengupayakan penurunan angka perkawinan dini. Salah satu penyumbang kasus kematian ibu saat melahirkan ialah dari perkawinan dini yang membuat kehamilan di usia muda.
Sigit menerangkan BKKBN telah memiliki program Generasi Berencana (GenRe) yang mengedukasi pemuda di seluruh Indonesia untuk menghindari terjadinya pernikahan dini.
"Dari anak muda sudah merencanakan. Tidak hanya kelahiran, tapi mulai dari merencanakan pendidikan, kesempatan bekerja, baru merencanakan keluarga," kata Sigit.
Baca juga: BKKBN: angka TFR di Riau masih tinggi
"Kami ingin capai di 2,1. Di beberapa daerah sudah di bawah 2,1, kalau yang sudah rendah kita tingkatkan kualitasnya, kita stop supaya jangan terus turun," kata Pelaksana tugas Kepala Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Sigit Priohutumo di Kuta Bali, Selasa.
Sigit mengatakan saat ini TFR secara nasional berada di 2,4, kendati ada beberapa daerah yang berada di angka 1,9.
Menteri Kesehatan Nila Moeloek menekankan bahwa angka TFR juga harus dijaga agar tidak di bawah 2,1 agar Indonesia memiliki populasi penduduk yang seimbang.
"Jadi harus seimbang. Satu, pasti harus berkualitas. Tapi juga harus seimbang, melihat kecukupan lahan, dan kecukupan ketahanan pangan, juga perlu ada perlindungan-perlindungan. Kalau mau seimbang TFR di 2,1, saat ini 2,4, walau ada yang 1,9. Terlalu rendah juga tidak terlalu baik nanti orang tuanya lebih banyak dari orang muda," kata Menkes.
Menteri Nila menegaskan salah satu upaya untuk menurunkan angka TFR menjadi 2,1 pada 2020 ialah dengan mengupayakan penurunan angka perkawinan dini. Salah satu penyumbang kasus kematian ibu saat melahirkan ialah dari perkawinan dini yang membuat kehamilan di usia muda.
Sigit menerangkan BKKBN telah memiliki program Generasi Berencana (GenRe) yang mengedukasi pemuda di seluruh Indonesia untuk menghindari terjadinya pernikahan dini.
"Dari anak muda sudah merencanakan. Tidak hanya kelahiran, tapi mulai dari merencanakan pendidikan, kesempatan bekerja, baru merencanakan keluarga," kata Sigit.
Baca juga: BKKBN: angka TFR di Riau masih tinggi
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Zita Meirina
Copyright © ANTARA 2018
Tags: