Solo (ANTARA News) - Kementerian Pertanian (Kementan) Republik Indonesia mendorong petani menggunakan pestisida nabati untuk menciptakan sistem pertanian ramah lingkungan.

"Pestisida nabati ini merupakan pengganti pestisida sintetis. Secara kebijakan memang belum diimplementasikan, tetapi produk sudah ada. Melalui pertemuan seperti ini diharapkan penggunaan pestisida nabati menjadi kebijakan pemerintah," kata Kepala Balai Penelitian Lingkungan Pertanian Kementan RI Asep Nugraha Ardiwinata di sela seminar mengenai sistem pertanian ramah lingkungan di Hotel Alila Solo, Selasa.

Ia mengatakan selama ini yang menjadi permasalahan sektor pertanian di Indonesia merupakan permasalahan warisan. Menurut dia, pada sekitar tahun 1960, untuk mengembangkan sektor pertanian, tanah di Jawa banyak terpapar oleh pestisida beracun dan sifatnya persisten.

Asep mengatakan efek negatifnya terasa hingga saat ini, di mana tanah akhirnya menjadi kurang subur. Oleh karena itu, seiring dengan berkurangnya dampak negatif tersebut, pihaknya saat ini mengembangkan penggunaan pupuk nabati.

"Dengan alternatif pestisida nabati diharapkan pertanian menjadi lebih ramah lingkungan dan efek negatifnya sangat kecil," katanya.

Ia mengatakan beberapa bahan yang digunakan untuk membuat pestisida nabati tersebut, di antaranya urin sapi, limbah pertanian seperti bonggol jagung dan sekam padi.

Selain itu, dikatakannya, ada beberapa jenis tanaman yang digunakan di antaranya mimba dan berbagai macam rempah seperti jahe dan kunyit.

Sementara itu, Kepala Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian Kementan RI Dedi Nursyamsi mengatakan saat ini Indonesia sudah dapat dikatakan swasembada pangan.

"Selama ini kan kita lebih ke arah kuantitas, dengan prinsip keberlanjutan suka tidak suka kita harus mempertimbangan kualitas. Pasar global ingin produk pertanian berkualitas, aman, bersih, bebas dari residu pestisida. Salah satunya adalah dengan cara menerapkan sistem pertanian ramah lingkungan," katanya.

Ia berharap melalui kegiatan tersebut makin banyak orang yang paham apa itu pestisida nabati dan bagaimana penggunaannya. Dengan demikian, dikatakannya, penggunaan pestisida yang berlebihan dapat dikurangi.

Baca juga: Pelajar Bengkulu ciptakan pestisida berbahan kulit jengkol

Baca juga: Pasar pestisida palsu diperkirakan Rp400 miliar