Luhut: Persiapan pertemuan tahunan IMF-World Bank sudah 94 persen
18 September 2018 00:13 WIB
Menko Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan (tengah), Menteri PPN/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro (kedua kiri), Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kemenkeu Suahasil Nazara (kedua kanan), Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo (kanan) dan Staf Khusus Kementerian BUMN Sahala Lumban Gaol menyanyikan lagu Indonesia raya dalam Forum Merdeka Barat 9 di Kemenkeu, Jakarta, Senin (17/9/2018). Diskusi tersebut mengambil tema menakar manfaat pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia 2018. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/kye
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhur Binsar Pandjaitan mengatakan persiapan penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-World Bank yang akan digelar di Bali pada 8-14 Oktober 2018 mendatang, sudah mencapai 94 persen.
"Persiapan sudah 94 persen. Tadi kita hanya sosialisasi saja apa-apa yang masih bisa didapat di sana. Tadi Bu Ani dari substansinya dengan Pak Gubernur, saya dari penyelenggaranya," ujar Luhut yang menjadi Ketua Panitia Nasional Penyelenggara Pertemuan Tahunan IMF-World Bank usai makan malam bersama pemimpin redaksi media di Jakarta, Senin malam.
Dalam acara temu dengan pemimpin redaksi media itu sendiri, juga dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Pertemuan Tahunan IMF-WB sendiri diperkirakan dapat memberikan dampak sebesar 0,64 persen terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, pertumbuhan ekonomi Bali bisa mencapai 6,54 persen dengan adanya perhelatan tersebut.
Tambahan pertumbuhan sebesar 0,64 persen ini berasal dari pertumbuhan sektor konstruksi 0,26 persen, pertumbuhan sektor lain-lain 0,21 persen, pertumbuhan sektor hotel 0,12 persen, dan pertumbuhan sektor makanan dan minuman 0,05 persen.
Baca juga: Presiden: Luhut ketua persiapan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia
Sedangkan dampak tidak langsung lainnya dari penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-WB bagi Bali adalah adanya kenaikan nilai PDRB riil sebesar Rp894 miliar pada 2018, untuk menambah secara keseluruhan PDRB riil Bali sebesar Rp1,2 triliun pada periode 2017-2019.
Ia menambahkan keuntungan ekonomi ini antara lain berasal dari kegiatan tahapan penyiapan infrastruktur yang investasinya mencapai Rp3 triliun, pengeluaran belanja dari wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang diperkirakan mencapai Rp1,1 triliun serta penyelenggaraan acara pertemuan.
Pertemuan itu juga menciptakan kesempatan kerja yaitu sebanyak 32.700 orang dan meningkatkan upah riil sebesar 1,13 persen serta kesempatan kerja rata-rata 1,26 persen.
Total pertemuan tahunan IMF-WB ini, juga akan memberikan dampak kepada perekonomian sebesar Rp7,8 triliun sepanjang 2017-2018, yang antara lain terdiri dari kegiatan konstruksi infrastruktur dan penyiapan kawasan wisata Rp3 triliun, hotel dan akomodasi Rp0,9 triliun dan perdagangan Rp0,8 triliun.
Untuk lebih memaksimalkan dampak ekonomi, Bambang mengharapkan adanya upaya untuk mendorong pengeluaran peserta dengan memberikan penawaran menarik untuk berbelanja cenderamata maupun akomodasi lainnya serta membuat panduan perjalanan untuk mengenalkan daerah destinasi wisata.
Penghitungan dampak ekonomi ini dilakukan dengan perkiraan sebanyak 19.800 peserta yang terdiri atas 5.050 delegasi dan 14.750 non delegasi akan menghadiri pertemuan tahunan IMF-WB yang berlangsung pada 8-15 Oktober 2018 di Nusa Dua, Bali.
Penghitungan ini juga mempertimbangkan rata-rata tinggal para peserta selama sembilan hari dengan kemungkinan pengeluaran para delegasi sebesar 150 dolar AS per hari diluar akomodasi maupun biaya perjalanan lainnya.
Sebelumnya, ketika Bali menjadi tuan rumah APEC pada 2013, tingkat perekonomian di kawasan tercatat meningkat rata-rata tumbuh diatas 6,5 persen, dengan sektor yang tercatat paling tumbuh positif antara lain konstruksi, akomodasi maupun makanan dan minuman.
Baca juga: Bank Dunia optimistis pertemuan IMF berjalan lancar
Baca juga: IMF yakini pertemuan tahunan Bali berjalan sukses
"Persiapan sudah 94 persen. Tadi kita hanya sosialisasi saja apa-apa yang masih bisa didapat di sana. Tadi Bu Ani dari substansinya dengan Pak Gubernur, saya dari penyelenggaranya," ujar Luhut yang menjadi Ketua Panitia Nasional Penyelenggara Pertemuan Tahunan IMF-World Bank usai makan malam bersama pemimpin redaksi media di Jakarta, Senin malam.
Dalam acara temu dengan pemimpin redaksi media itu sendiri, juga dihadiri oleh Menteri Keuangan Sri Mulyani, Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo, dan Menteri Komunikasi dan Informatika Rudiantara.
Pertemuan Tahunan IMF-WB sendiri diperkirakan dapat memberikan dampak sebesar 0,64 persen terhadap pertumbuhan ekonomi di Provinsi Bali. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengatakan, pertumbuhan ekonomi Bali bisa mencapai 6,54 persen dengan adanya perhelatan tersebut.
Tambahan pertumbuhan sebesar 0,64 persen ini berasal dari pertumbuhan sektor konstruksi 0,26 persen, pertumbuhan sektor lain-lain 0,21 persen, pertumbuhan sektor hotel 0,12 persen, dan pertumbuhan sektor makanan dan minuman 0,05 persen.
Baca juga: Presiden: Luhut ketua persiapan pertemuan tahunan IMF-Bank Dunia
Sedangkan dampak tidak langsung lainnya dari penyelenggaraan Pertemuan Tahunan IMF-WB bagi Bali adalah adanya kenaikan nilai PDRB riil sebesar Rp894 miliar pada 2018, untuk menambah secara keseluruhan PDRB riil Bali sebesar Rp1,2 triliun pada periode 2017-2019.
Ia menambahkan keuntungan ekonomi ini antara lain berasal dari kegiatan tahapan penyiapan infrastruktur yang investasinya mencapai Rp3 triliun, pengeluaran belanja dari wisatawan mancanegara dan wisatawan nusantara yang diperkirakan mencapai Rp1,1 triliun serta penyelenggaraan acara pertemuan.
Pertemuan itu juga menciptakan kesempatan kerja yaitu sebanyak 32.700 orang dan meningkatkan upah riil sebesar 1,13 persen serta kesempatan kerja rata-rata 1,26 persen.
Total pertemuan tahunan IMF-WB ini, juga akan memberikan dampak kepada perekonomian sebesar Rp7,8 triliun sepanjang 2017-2018, yang antara lain terdiri dari kegiatan konstruksi infrastruktur dan penyiapan kawasan wisata Rp3 triliun, hotel dan akomodasi Rp0,9 triliun dan perdagangan Rp0,8 triliun.
Untuk lebih memaksimalkan dampak ekonomi, Bambang mengharapkan adanya upaya untuk mendorong pengeluaran peserta dengan memberikan penawaran menarik untuk berbelanja cenderamata maupun akomodasi lainnya serta membuat panduan perjalanan untuk mengenalkan daerah destinasi wisata.
Penghitungan dampak ekonomi ini dilakukan dengan perkiraan sebanyak 19.800 peserta yang terdiri atas 5.050 delegasi dan 14.750 non delegasi akan menghadiri pertemuan tahunan IMF-WB yang berlangsung pada 8-15 Oktober 2018 di Nusa Dua, Bali.
Penghitungan ini juga mempertimbangkan rata-rata tinggal para peserta selama sembilan hari dengan kemungkinan pengeluaran para delegasi sebesar 150 dolar AS per hari diluar akomodasi maupun biaya perjalanan lainnya.
Sebelumnya, ketika Bali menjadi tuan rumah APEC pada 2013, tingkat perekonomian di kawasan tercatat meningkat rata-rata tumbuh diatas 6,5 persen, dengan sektor yang tercatat paling tumbuh positif antara lain konstruksi, akomodasi maupun makanan dan minuman.
Baca juga: Bank Dunia optimistis pertemuan IMF berjalan lancar
Baca juga: IMF yakini pertemuan tahunan Bali berjalan sukses
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Apep Suhendar
Copyright © ANTARA 2018
Tags: