Perlu intervensi gizi cegah gagal tumbuh menjadi kerdil
13 September 2018 17:46 WIB
Ahli gizi dari MRC International Nutrition Group Profesor Andrew Prentice (kiri) dalam diskusi tentang malnutrisi pada anak di Jakarta, Kamis (13/9/2018). (ANTARA/Aditya Ramadhan)
Jakarta, (ANTARA News) - Ahli gizi mengatakan diperlukan intervensi gizi dengan segera untuk mencegah kasus gagal tumbuh anak berubah menjadi stunting atau kerdil yang bisa memengaruhi fisik dan kognitif.
"Dalam pencegahan malnutrisi, pola makan sehat dan seimbang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yang optimal," kata Dokter Anak Sub Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik pada Anak Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, SpA(K) di Jakarta, Kamis.
Gagal tumbuh merupakan kondisi di mana anak mulai menunjukkan stagnansi atau penurunan pertumbuhan.
Jika tidak segera dilakukan intervensi gagal tumbuh akan berujung pada kondisi malnutrisi yaitu gizi kurang atau gizi buruk, hingga berujung pada kondisi stunting.
Kondisi stunting sendiri bersifat tidak bisa kembali (irreversible), sehingga pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif anak terganggu secara permanen.
Damayanti menjelaskan waktu terbaik intervensi gizi mulai dari awal kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan anak.
Selain itu melakukan pemantauan rutin pertumbuhan anak di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk memantau status gizi dan mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
Ahli gizi dari MRC International Nutrition Group Profesor Andrew Prentice mengatakan banyaknya kasus malnutrisi seperti stunting pada anak-anak balita merupakan refleksi masa depan suatu bangsa.
"Masalah malnutrisi juga dipengaruhi oleh masalah kebersihan, sanitasi dan akses air bersih. Hal ini berpengaruh pula untuk kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang anak, karena anak usia di bawah dua tahun rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit," kata Prentice.
Jika, sudah terjadi indikasi gagal tumbuh, anak harus segera mendapatkan pertolongan berupa asupan nutrisi khusus yang tinggi akan protein hewani dan kalori guna mengejar ketertinggalan pertumbuhan fisik sekaligus kemampuan kognitifnya.
Selain itu, kebersihan sanitasi dan akses air bersih juga tetap harus dijaga untuk melindungi anak dari penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhannya.
Serta pemeriksaan rutin pertumbuhan anak, agar anak bisa segera dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit apabila tidak bisa diatasi pada level Posyandu.
Prentice menjelaskan malnutrisi merupakan permasalahan multidimensional sehingga perlu adanya kerja sama yang lebih baik antara lembaga pemerintah, tenaga kesehatan, organisasi masyarakat, akademisi, hingga sektor swasta untuk mengatasinya.
“Dengan adanya keterlibatan berbagai sektor dan pemangku kebijakan untuk bekerjasama diharapkan dapat mempercepat penurunan prevalensi stunting dan bentuk-bentuk kurang gizi lainnya di Indonesia,” kata Prentice. *
Baca juga: Abon lele untuk cegah kekerdilan
Baca juga: Kemdikbud siapkan kelas "parenting" cegah kekerdilan
"Dalam pencegahan malnutrisi, pola makan sehat dan seimbang sangat berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak yang optimal," kata Dokter Anak Sub Spesialis Nutrisi dan Penyakit Metabolik pada Anak Dr. dr. Damayanti R. Sjarif, SpA(K) di Jakarta, Kamis.
Gagal tumbuh merupakan kondisi di mana anak mulai menunjukkan stagnansi atau penurunan pertumbuhan.
Jika tidak segera dilakukan intervensi gagal tumbuh akan berujung pada kondisi malnutrisi yaitu gizi kurang atau gizi buruk, hingga berujung pada kondisi stunting.
Kondisi stunting sendiri bersifat tidak bisa kembali (irreversible), sehingga pertumbuhan fisik dan kemampuan kognitif anak terganggu secara permanen.
Damayanti menjelaskan waktu terbaik intervensi gizi mulai dari awal kehamilan hingga dua tahun pertama kehidupan anak.
Selain itu melakukan pemantauan rutin pertumbuhan anak di posyandu merupakan upaya yang sangat strategis untuk memantau status gizi dan mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.
Ahli gizi dari MRC International Nutrition Group Profesor Andrew Prentice mengatakan banyaknya kasus malnutrisi seperti stunting pada anak-anak balita merupakan refleksi masa depan suatu bangsa.
"Masalah malnutrisi juga dipengaruhi oleh masalah kebersihan, sanitasi dan akses air bersih. Hal ini berpengaruh pula untuk kesehatan ibu hamil dan tumbuh kembang anak, karena anak usia di bawah dua tahun rentan terhadap berbagai infeksi dan penyakit," kata Prentice.
Jika, sudah terjadi indikasi gagal tumbuh, anak harus segera mendapatkan pertolongan berupa asupan nutrisi khusus yang tinggi akan protein hewani dan kalori guna mengejar ketertinggalan pertumbuhan fisik sekaligus kemampuan kognitifnya.
Selain itu, kebersihan sanitasi dan akses air bersih juga tetap harus dijaga untuk melindungi anak dari penyakit yang bisa mengganggu pertumbuhannya.
Serta pemeriksaan rutin pertumbuhan anak, agar anak bisa segera dirujuk ke Puskesmas atau rumah sakit apabila tidak bisa diatasi pada level Posyandu.
Prentice menjelaskan malnutrisi merupakan permasalahan multidimensional sehingga perlu adanya kerja sama yang lebih baik antara lembaga pemerintah, tenaga kesehatan, organisasi masyarakat, akademisi, hingga sektor swasta untuk mengatasinya.
“Dengan adanya keterlibatan berbagai sektor dan pemangku kebijakan untuk bekerjasama diharapkan dapat mempercepat penurunan prevalensi stunting dan bentuk-bentuk kurang gizi lainnya di Indonesia,” kata Prentice. *
Baca juga: Abon lele untuk cegah kekerdilan
Baca juga: Kemdikbud siapkan kelas "parenting" cegah kekerdilan
Pewarta: Aditya Ramadhan
Editor: Erafzon Saptiyulda AS
Copyright © ANTARA 2018
Tags: