Indonesia-Malaysia dapat bekerja sama tingkatkan kapasitas perempuan pekerja migran
13 September 2018 13:39 WIB
Presiden Dewan Nasional Organisasi Perempuan (NCWO) Malaysia Dr. Sharifah Hapsah berbicara dalam diskusi panel I Sidang Umum Dewan Perempuan Internasional (ICW) ke-35 dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia di Yogyakarta, Kamis (13/9/2018). (ANTARA News/Azizah Fitriyanti)
Yogyakarta (ANTARA News) - Presiden Dewan Nasional Organisasi Perempuan (NCWO) Malaysia Dr Sharifah Hapsah mengatakan bahwa Indonesia dan Malaysia dapat bekerja sama untuk meningkatkan kapasitas perempuan pekerja migran di bidang ekonomi.
"Hal yang paling penting, bukan hanya soal menambah jumlah perempuan yang bekerja, tapi bagaimana membantu mereka untuk menyadari potensi utama mereka," kata Sharifah usai menjadi salah satu pembicara diskusi panel I Sidang Umum ke-35 ICW di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, pemberdayaan perempuan pekerja migran Indonesia yang bekerja di Malaysia perlu ditingkatkan oleh kedua pemangku kepentingan, Indonesia sebagai negara pengirim harus melengkapi calon pekerja migran dengan keterampilan, perlindungan hukum, dan aturan yang jelas soal tugas dan kewajiban di tempat kerja di negara tujuan.
Sementara itu, Malaysia sebagai negara tujuan harus menjamin perlindungan tenaga kerja migran, mengawasi penempatan tenaga kerja migran, dan menyediakan kesempatan agar para buruh migran dapat mengembangkan potensi yang kelak dapat digunakan untuk berusaha di daerah asal.
Sharifah menambahkan, partisipasi perempuan pekerja migran yang sebagian besar bekerja di sektor informal untuk menafkahi keluarga perlu dihargai, namun menjadi lebih utama untuk menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan kapasitas mereka agar dapat menjadi pekerja terampil.
"Saya percaya tidak ada perempuan yang dengan sukarela mau meninggalkan anak dan keluarga untuk bekerja di luar negeri, di mana pun. Jika bisa, mereka akan memilih bekerja dan tetap tinggal dekat dengan keluarga," kata dia.
Dalam paparannya sebagai salah satu pembicara diskusi panel I Sidang Umum ICW ke-35 dan Temu Nasional Seribu Perempuan Indonesia, Sharifah menyebutkan peningkatan kapasitas perempuan di bidang ekonomi bukan hanya masuk akal, namun juga langkah pintar untuk meningkatkan produktivitas sektor formal dan informal.
Selain Dr. Sharifah Hapsah, turut menjadi pembicara dalam diskusi panel tersebut, yakni Penasihat Khusus Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bidang Kesetaraan Gender Akiko Yamanaka, Ketua Komisi Pendidikan Tinggi Filipina Patricia Licuanan, Presiden Dewan Nasional Organisasi Perempuan (NCWO) Malaysia Dr. Sharifah Hapsah, dan Ketua Komisi Nasional Perempuan Filipina (PCW)Remedios Rikken.
Sidang Umum ICW ke-35 dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia diselenggarakan ICW, Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), dan didukung 35 BUMN, termasuk Perum LKBN Antara.
(T.A060)
"Hal yang paling penting, bukan hanya soal menambah jumlah perempuan yang bekerja, tapi bagaimana membantu mereka untuk menyadari potensi utama mereka," kata Sharifah usai menjadi salah satu pembicara diskusi panel I Sidang Umum ke-35 ICW di Yogyakarta, Kamis.
Menurut dia, pemberdayaan perempuan pekerja migran Indonesia yang bekerja di Malaysia perlu ditingkatkan oleh kedua pemangku kepentingan, Indonesia sebagai negara pengirim harus melengkapi calon pekerja migran dengan keterampilan, perlindungan hukum, dan aturan yang jelas soal tugas dan kewajiban di tempat kerja di negara tujuan.
Sementara itu, Malaysia sebagai negara tujuan harus menjamin perlindungan tenaga kerja migran, mengawasi penempatan tenaga kerja migran, dan menyediakan kesempatan agar para buruh migran dapat mengembangkan potensi yang kelak dapat digunakan untuk berusaha di daerah asal.
Sharifah menambahkan, partisipasi perempuan pekerja migran yang sebagian besar bekerja di sektor informal untuk menafkahi keluarga perlu dihargai, namun menjadi lebih utama untuk menyediakan lapangan kerja dan meningkatkan kapasitas mereka agar dapat menjadi pekerja terampil.
"Saya percaya tidak ada perempuan yang dengan sukarela mau meninggalkan anak dan keluarga untuk bekerja di luar negeri, di mana pun. Jika bisa, mereka akan memilih bekerja dan tetap tinggal dekat dengan keluarga," kata dia.
Dalam paparannya sebagai salah satu pembicara diskusi panel I Sidang Umum ICW ke-35 dan Temu Nasional Seribu Perempuan Indonesia, Sharifah menyebutkan peningkatan kapasitas perempuan di bidang ekonomi bukan hanya masuk akal, namun juga langkah pintar untuk meningkatkan produktivitas sektor formal dan informal.
Selain Dr. Sharifah Hapsah, turut menjadi pembicara dalam diskusi panel tersebut, yakni Penasihat Khusus Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe bidang Kesetaraan Gender Akiko Yamanaka, Ketua Komisi Pendidikan Tinggi Filipina Patricia Licuanan, Presiden Dewan Nasional Organisasi Perempuan (NCWO) Malaysia Dr. Sharifah Hapsah, dan Ketua Komisi Nasional Perempuan Filipina (PCW)Remedios Rikken.
Sidang Umum ICW ke-35 dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia diselenggarakan ICW, Kongres Wanita Indonesia (KOWANI), dan didukung 35 BUMN, termasuk Perum LKBN Antara.
(T.A060)
Pewarta: Azizah Fitriyanti
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2018
Tags: