Mengenal ICW sebagai motor pergerakan perempuan dunia
13 September 2018 10:31 WIB
Sidang Umum ke-35 ICW dan Temu Nasional Seribu Organisasi Perempuan Indonesia di Hotel Grand Inna Malioboro, Yogyakarta, 11-20 September 2018. ( (Foto Panitia Pelaksana)
Yogyakarta (ANTARA News) - Membahas sejarah pergerakan perempuan dunia, tidak lah lengkap jika tanpa membicarakan Dewan Perempuan Internasional (ICW) yang merupakan organisasi perempuan pertama yang bergerak secara internasional pada awal abad ke-20.
ICW dibentuk pada 25 Maret 1888 di Washington DC, Amerika Serikat, dengan anggota pendiri antara lain Susan B. Anthony, May Wright Sewall, and Frances Willard.
Sejak awal pembentukannya, ICW menjadi garda terdepan dalam upaya menarik perhatian dunia pada isu-isu hak perempuan dan memimpin dalam perang terhadap ketidakadilan sosial.
ICW ingin menyatukan organisasi-organisasi perempuan di seluruh dunia, dengan tujuan mempromosikan HAM, persamaan hak, perdamaian, dan peran perempuan di segala aspek melalui pendirian sebuah federasi internasional atau lembaga payung.
ICW yang sudah terintegrasi dengan pranata lembaga pemerintahan internasional ini, berhasil membangun dan mempertahankan reputasi yang memukau selama 130 tahun sejak pendiriannya.
Sebanyak 53 organisasi perempuan dari sembilan negara hadir pada pertemuan pertama ICW.
Pada tahun ini, Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan agenda tiga tahunan Sidang Umum ke-35 di Yogyakarta. Tema untuk Sidang Umum ke-35 ini adalah "Transforming Society Through Women Empowerment".
Peran Indonesia dalam usaha pemberdayaan perempuan internasional dengan ICW sudah berlangsung lama, ditandai dengan masuknya Kongres Wanita Indonesia (Kowani) pada tahun 1973.
Indonesia selalu mengirimkan delegasinya untuk hadir dalam Sidang Umum ICW, bahkan salah satu Ketua Kowani yaitu mendiang Kuraisin Sumhadi, pernah menduduki jabatan President ICW untuk periode 1994-1997.
Sebelum menjabat sebagai Presiden ICW, Kuraisin sudah menjabat sebagai Wakil Presiden ICW selama dua periode (enam tahun) melalui pemungutan suara pada Sidang Umum ICW.
Direksi Baru
Pada perhelatan Sidang Umum ke-35 yang berlangsung di Hotel Grand Inna Malioboro (GIM) Yogyakarta ini, ICW akan memilih dewan direksi yang baru.
Wakil Presiden ICW dari Australia Hean Bee Wee mengatakan kepada Antara usai rapat jajaran Direksi ICW di Yogyakarta, Rabu, bahwa semua persiapan telah dijalankan dari jauh hari sebelum sidang umum dilaksanakan.
Dia menjamin semua persiapan sudah matang, termasuk mengenai kandidat, kertas pemilihan, serta melakukan pengecekan ulang terhadap para nominasi dan memastikan kelayakan kandidat.
Menurut dia, ICW juga telah mengalokasikan waktu khusus bagi para kandidat untuk bisa memperkenalkan diri dan misi mereka masing-masing di sela-sela rangkaian kegiatan sidang umum. Proses pemilihan sendiri rencananya akan dilaksanakan pada 15 September.
Baca juga: ICW apresiasi kinerja KOWANI selenggarakan sidang umum
Pada pemilihan kali ini, Hean mengatakan bahwa ada lebih banyak kandidat yang maju untuk mengisi kursi Wakil Presiden.
Hal ini sebagian disebabkan oleh baiknya kepemimpinan yang berjalan selama tiga tahun terakhir, sehingga anggota juga melihat adanya kebutuhan untuk mengisi posisi-posisi penting ini dan ingin berpartisipasi untuk mencapai agenda kewanitaan yang semakin kompleks.
Dewan Direksi ICW periode 2015-2018 saat ini terdiri atas Presiden ICW Jungsook Kim (Korea Selatan), lima Wakil Presiden yakni Elisabeth Newman dan Hean Bee Wee (Australia), Doris Bingley (Malta), Lina Liu (Taiwan), dan Christine Knock (Selandia Baru), Bendahara ICW Martine Marandel (Prancis), Sekretaris ICW Nabiye Isin Atala (Turki), serta dua anggota Dewan Direktur ICW Fatos Inal (Turki) dan Jamal Gibril Hermes (Lebanon).
Selain Dewan Direksi (Board of Directors), dalam struktur ICW juga terdapat Anggota Komite Tetap, terdiri atas bidang status perempuan (status of women), pembangunan berkelanjutan (sustainable development), kesejahteraan umum (general well-being), komunikasi (communications), dan isu-isu sosial (social issues).
Dua perempuan Indonesia yang juga pengurus Kowani, Giwo Rubianto dan Hadriani Uli Silalahi, masing-masing sebagai Koordinator Komite Tetap Bidang Komunikasi dan Koordinator Komite Tetap Bidang Pembangunan Berkelanjutan.
Baca juga: Ketua Umum KOWANI berpeluang masuk direksi ICW
Selain itu ada perempuan Indonesia, yang juga pengurus Kowani, menjadi penasihat bidang usia lanjut (ageing) Charletty Choesyana Taula di Komite Tetap Bidang Isu-Isu Sosial.
Selain menyelesaikan persiapan pemilihan anggota direksi baru, pertemuan direksi ICW juga membahas laporan anggaran keuangan dari tiga tahun terakhir.
Kegiatan Berbobot
Sejumlah delegasi yang telah datang di Yogyakarta juga mengaku siap untuk mengikuti Sidang Umum yang rencananya akan dibuka Presiden Joko Widodo pada Jumat, 14 September 2018.
Berdasarkan data registrasi hingga Rabu malam (12/9), delegasi dari 19 negara termasuk Indonesia, telah tiba di hotel GIM yang dikelola BUMN tersebut.
Ke-18 negara delegasi tersebut antara lain Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Belgia, Fiji, Filipina, Finlandia, India, Indonesia, Korea Selatan, Lebanon, Malta, Papua Nugini, Prancis,Selandia Baru, Singapura, Swiss, Nigeria dan Turki. Hadir juga delegasi dari Taiwan.
Salah seorang delegasi, yaitu Sekretaris Dewan Nasional Perempuan Afrika Selatan (NCAW) Tselane Morolo mengaku senang saat tiba di Yogyakarta.
"Senang sekali kami bisa hadir di sini, Yogyakarta sangat indah dan cuacanya nyaman. Ini akan menjadi pertemuan yang menghasilkan dan menyenangkan," katanya.
Menurut informasi yang dia sampaikan, delegasi Afrika Selatan mengirim sepuluh pengurus dan anggota NCAW untuk menghadiri Sidang Umum ICW ke-35, yang berbarengan dengan Temu 1.000 Organisasi Perempuan Indonesia pada 13-18 September 2018.
Selain berbagai sesi sidang umum yang akan dihadiri anggota delegasi, pertemuan yang diselenggarakan ICW, KOWANI, dan didukung penuh oleh 35 BUMN ini juga akan dihadiri para pembicara utama dalam sesi diskusi panel di hari pertama.
Di hari pertama Sidang Umum ICW ke-35, sesi diskusi panel akan diisi pembicara utama Menteri BUMN RI Rini Soemarno, Penasihat Khusus Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tentang Keadilan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Akiko Yamanaka, Wakil Tetap ICW di PBB Mohinder Watson, dan tokoh bidang pendidikan tinggi Malaysia Syarifah Hapsah.
Baca juga: ICW: saatnya hentikan kekerasan terhadap perempuan
ICW dibentuk pada 25 Maret 1888 di Washington DC, Amerika Serikat, dengan anggota pendiri antara lain Susan B. Anthony, May Wright Sewall, and Frances Willard.
Sejak awal pembentukannya, ICW menjadi garda terdepan dalam upaya menarik perhatian dunia pada isu-isu hak perempuan dan memimpin dalam perang terhadap ketidakadilan sosial.
ICW ingin menyatukan organisasi-organisasi perempuan di seluruh dunia, dengan tujuan mempromosikan HAM, persamaan hak, perdamaian, dan peran perempuan di segala aspek melalui pendirian sebuah federasi internasional atau lembaga payung.
ICW yang sudah terintegrasi dengan pranata lembaga pemerintahan internasional ini, berhasil membangun dan mempertahankan reputasi yang memukau selama 130 tahun sejak pendiriannya.
Sebanyak 53 organisasi perempuan dari sembilan negara hadir pada pertemuan pertama ICW.
Pada tahun ini, Indonesia mendapat kehormatan untuk menjadi tuan rumah penyelenggaraan agenda tiga tahunan Sidang Umum ke-35 di Yogyakarta. Tema untuk Sidang Umum ke-35 ini adalah "Transforming Society Through Women Empowerment".
Peran Indonesia dalam usaha pemberdayaan perempuan internasional dengan ICW sudah berlangsung lama, ditandai dengan masuknya Kongres Wanita Indonesia (Kowani) pada tahun 1973.
Indonesia selalu mengirimkan delegasinya untuk hadir dalam Sidang Umum ICW, bahkan salah satu Ketua Kowani yaitu mendiang Kuraisin Sumhadi, pernah menduduki jabatan President ICW untuk periode 1994-1997.
Sebelum menjabat sebagai Presiden ICW, Kuraisin sudah menjabat sebagai Wakil Presiden ICW selama dua periode (enam tahun) melalui pemungutan suara pada Sidang Umum ICW.
Direksi Baru
Pada perhelatan Sidang Umum ke-35 yang berlangsung di Hotel Grand Inna Malioboro (GIM) Yogyakarta ini, ICW akan memilih dewan direksi yang baru.
Wakil Presiden ICW dari Australia Hean Bee Wee mengatakan kepada Antara usai rapat jajaran Direksi ICW di Yogyakarta, Rabu, bahwa semua persiapan telah dijalankan dari jauh hari sebelum sidang umum dilaksanakan.
Dia menjamin semua persiapan sudah matang, termasuk mengenai kandidat, kertas pemilihan, serta melakukan pengecekan ulang terhadap para nominasi dan memastikan kelayakan kandidat.
Menurut dia, ICW juga telah mengalokasikan waktu khusus bagi para kandidat untuk bisa memperkenalkan diri dan misi mereka masing-masing di sela-sela rangkaian kegiatan sidang umum. Proses pemilihan sendiri rencananya akan dilaksanakan pada 15 September.
Baca juga: ICW apresiasi kinerja KOWANI selenggarakan sidang umum
Pada pemilihan kali ini, Hean mengatakan bahwa ada lebih banyak kandidat yang maju untuk mengisi kursi Wakil Presiden.
Hal ini sebagian disebabkan oleh baiknya kepemimpinan yang berjalan selama tiga tahun terakhir, sehingga anggota juga melihat adanya kebutuhan untuk mengisi posisi-posisi penting ini dan ingin berpartisipasi untuk mencapai agenda kewanitaan yang semakin kompleks.
Dewan Direksi ICW periode 2015-2018 saat ini terdiri atas Presiden ICW Jungsook Kim (Korea Selatan), lima Wakil Presiden yakni Elisabeth Newman dan Hean Bee Wee (Australia), Doris Bingley (Malta), Lina Liu (Taiwan), dan Christine Knock (Selandia Baru), Bendahara ICW Martine Marandel (Prancis), Sekretaris ICW Nabiye Isin Atala (Turki), serta dua anggota Dewan Direktur ICW Fatos Inal (Turki) dan Jamal Gibril Hermes (Lebanon).
Selain Dewan Direksi (Board of Directors), dalam struktur ICW juga terdapat Anggota Komite Tetap, terdiri atas bidang status perempuan (status of women), pembangunan berkelanjutan (sustainable development), kesejahteraan umum (general well-being), komunikasi (communications), dan isu-isu sosial (social issues).
Dua perempuan Indonesia yang juga pengurus Kowani, Giwo Rubianto dan Hadriani Uli Silalahi, masing-masing sebagai Koordinator Komite Tetap Bidang Komunikasi dan Koordinator Komite Tetap Bidang Pembangunan Berkelanjutan.
Baca juga: Ketua Umum KOWANI berpeluang masuk direksi ICW
Selain itu ada perempuan Indonesia, yang juga pengurus Kowani, menjadi penasihat bidang usia lanjut (ageing) Charletty Choesyana Taula di Komite Tetap Bidang Isu-Isu Sosial.
Selain menyelesaikan persiapan pemilihan anggota direksi baru, pertemuan direksi ICW juga membahas laporan anggaran keuangan dari tiga tahun terakhir.
Kegiatan Berbobot
Sejumlah delegasi yang telah datang di Yogyakarta juga mengaku siap untuk mengikuti Sidang Umum yang rencananya akan dibuka Presiden Joko Widodo pada Jumat, 14 September 2018.
Berdasarkan data registrasi hingga Rabu malam (12/9), delegasi dari 19 negara termasuk Indonesia, telah tiba di hotel GIM yang dikelola BUMN tersebut.
Ke-18 negara delegasi tersebut antara lain Afrika Selatan, Australia, Bangladesh, Belgia, Fiji, Filipina, Finlandia, India, Indonesia, Korea Selatan, Lebanon, Malta, Papua Nugini, Prancis,Selandia Baru, Singapura, Swiss, Nigeria dan Turki. Hadir juga delegasi dari Taiwan.
Salah seorang delegasi, yaitu Sekretaris Dewan Nasional Perempuan Afrika Selatan (NCAW) Tselane Morolo mengaku senang saat tiba di Yogyakarta.
"Senang sekali kami bisa hadir di sini, Yogyakarta sangat indah dan cuacanya nyaman. Ini akan menjadi pertemuan yang menghasilkan dan menyenangkan," katanya.
Menurut informasi yang dia sampaikan, delegasi Afrika Selatan mengirim sepuluh pengurus dan anggota NCAW untuk menghadiri Sidang Umum ICW ke-35, yang berbarengan dengan Temu 1.000 Organisasi Perempuan Indonesia pada 13-18 September 2018.
Selain berbagai sesi sidang umum yang akan dihadiri anggota delegasi, pertemuan yang diselenggarakan ICW, KOWANI, dan didukung penuh oleh 35 BUMN ini juga akan dihadiri para pembicara utama dalam sesi diskusi panel di hari pertama.
Di hari pertama Sidang Umum ICW ke-35, sesi diskusi panel akan diisi pembicara utama Menteri BUMN RI Rini Soemarno, Penasihat Khusus Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe tentang Keadilan Gender dan Pemberdayaan Perempuan Akiko Yamanaka, Wakil Tetap ICW di PBB Mohinder Watson, dan tokoh bidang pendidikan tinggi Malaysia Syarifah Hapsah.
Baca juga: ICW: saatnya hentikan kekerasan terhadap perempuan
Pewarta: Roy Rosa Bachtiar
Editor: Gusti Nur Cahya Aryani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: