Cirebon, (ANTARA News) - Perajin furnitur berbahan baku rotan asal Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, mengaku mendapat keuntungan dengan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS).

"Memang ada peningkatan pendapatan dengan adanya selisih nilai tambah kurs dolar itu naik," kata Perajin furnitur rotan Cirebon, Sumarca di Cirebon, Selasa.

Menurut Sumarca, kerajinan furnitur berbahan baku rotan yang diekspor ke luar negeri akan mendapatkan nilai tambah dengan melemahnya rupiah terhadap dolar AS.

Peningkatan pendapatan yang didapatkannya kata Sumarca, mencapai 5 hingga 10 persen dari sebelum dolar naik, karena dengan adanya kenaikan dolar maka ada selisih yang ia dapatkan saat mengekspor.

"Kemarin-kemarin kan sekitar Rp13.000 per dolarnya, terus meningkat sampai Rp15.000 dan selisih itu yang menjadi keuntungan kami," ujarnya.

Dia mencontohkan harga satu kursi rotan dibandrol 10 dolar, berati ada peningkatan beberapa ribu ketika di rupiahkan.

Sumarca menambahkan untuk produksi furnitur rotan miliknya itu mayoritas diekspor ke Eropa, seperti Jerman, Itali, Prancis dan lainnya.

"Kita setiap bulannya, mengirim lima hingga 10 kontainer ke luar negeri," katanya.

Meskipun ada peningkatan pendapatan, namun Sumarca mengaku lebih senang ketika dolar itu stabil, karena semua bisa terjaga tidak terlalu spekulatif dan bahan yang diimporpun tidak naik.

"Harapan saya nilai tukar rupiah itu stabil jangan fluktuatif, agar terjaga. Tentu ada resikonya bagian kami kalau tak stabil, karena kita kan pengerjaannya sesuai pesanan," katanya.

Baca juga: Amkri minta kepastian bahan baku untuk dongkrak ekspor produk rotan