BI: Indonesia harus punya visi jadi pusat keuangan syariah terbesar
11 September 2018 09:40 WIB
Ilustrasi: Penjaga stan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengedukasi seorang pengunjung tentang berbagai produk perbankan syariah pada Keuangan Syariah Fair (KSF) 2017 di Semarang, Jawa Tengah (12/5/2017). (ANTARA FOTO/R. Rekotomo)
Padang (ANTARA News) - Pejabat Bank Indonesia (BI) Indonesia harus memiliki visi sebagai pusat keuangan syariah terbesar di dunia, mengingat negeri ini merupakan salah satu negara dengan penduduk muslim terbanyak.
Meskipun, kata Asisten Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Rifki Ismal, di Padang, Sumatera barat, Senin, ekonomi syariah bukan perbankan semata karena pada hakikatnya memiliki ruang lingkup yang luas.
"Jangan mengira ekonomi syariah itu cuma bank. Makanan halal, pariwisata halal, sekolah Islam hingga sinetron dan film religi masuk dalam lingkup ekonomi syariah," katanya pada Seminar Ekonomi Syariah dengan tema Kebangkitan Ekonomi Umat melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
Menurut Rifki, lembaga keuangan dan industri halal memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar di Indonesia karena berstatus sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar.
"Apalagi saat ini tengah terjadi proses digitalisasi dalam bidang ekonomi dan Indonesia punya generasi milineal yang cukup besar yang merupakan pasar potensial," ujarnya.
Oleh sebab karena itu, lanjut dia, dalam pengembangan ekonomi dan perbankan syariah jangan berorientasi lokal semata harus siap berkompetisi secara global.
Pada sisi lain ia mendorong pengembangan pesantren, karena merupakan bagian dari pelaku ekonomi Islam karena juga punya banyak unit ekonomi.
Selain itu jika ekonomi syariah bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat manfaatnya maka orang akan lebih yakin akan keutamaannya.
Jadi ekonomi syariah tidak lagi bicara wacana namun eksekusi, salah satunya pemerintah sedang mengupayakan hadirnya sukuk syariah, katanya.
Baca juga: Gubernur BI prihatin, ekonomi syariah tertinggal dari Thailand dan Australia
Meskipun, kata Asisten Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah BI, Rifki Ismal, di Padang, Sumatera barat, Senin, ekonomi syariah bukan perbankan semata karena pada hakikatnya memiliki ruang lingkup yang luas.
"Jangan mengira ekonomi syariah itu cuma bank. Makanan halal, pariwisata halal, sekolah Islam hingga sinetron dan film religi masuk dalam lingkup ekonomi syariah," katanya pada Seminar Ekonomi Syariah dengan tema Kebangkitan Ekonomi Umat melalui Lembaga Keuangan Mikro Syariah.
Menurut Rifki, lembaga keuangan dan industri halal memiliki potensi untuk tumbuh lebih besar di Indonesia karena berstatus sebagai negara dengan penduduk muslim terbesar.
"Apalagi saat ini tengah terjadi proses digitalisasi dalam bidang ekonomi dan Indonesia punya generasi milineal yang cukup besar yang merupakan pasar potensial," ujarnya.
Oleh sebab karena itu, lanjut dia, dalam pengembangan ekonomi dan perbankan syariah jangan berorientasi lokal semata harus siap berkompetisi secara global.
Pada sisi lain ia mendorong pengembangan pesantren, karena merupakan bagian dari pelaku ekonomi Islam karena juga punya banyak unit ekonomi.
Selain itu jika ekonomi syariah bisa dilihat dan dirasakan langsung oleh masyarakat manfaatnya maka orang akan lebih yakin akan keutamaannya.
Jadi ekonomi syariah tidak lagi bicara wacana namun eksekusi, salah satunya pemerintah sedang mengupayakan hadirnya sukuk syariah, katanya.
Baca juga: Gubernur BI prihatin, ekonomi syariah tertinggal dari Thailand dan Australia
Pewarta: Ikhwan Wahyudi
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018
Tags: