Jakarta (ANTARA News) - Ikatan Ahli Teknik Perminyakan Indonesia (IATMI) akan mencari terobosan strategi agar pengembangan gas bumi di lapangan East Natuna segera terealisasi.

"Kami ingin memberikan ide-ide dan rekomendasi kepada pemerintah, sekaligus mensinergikan strategi pengembangan gas di Indonesia," kata Ketua IATMI, Tutuka Ariadji kepada pers di Jakarta, Minggu.

Tutuka mengatakan berbagai gagasan dan terobosan strategi pengembangan gas bumi Natuna yang tepat akan dibahas dalam simposium IATMI 2018 di Padang pada 1-3 Oktober mendatang.

Simposium kali ini bertajuk "Strategi Revolusioner Pengembangan Lapangan, Teknologi dan Kebijakan Migas Guna Meningkatkan Ketahanan Energi Dalam Rangka Ketahanan Nasional".

Tema tersebut diusung untuk memberikan rekomendasi, dan mencari terobosan-terobosan strategi mengenai pengembangan lapangan, teknologi, dan kebijakan migas untuk mencapai ketahanan energi nasional.

Menurut Tutuka, tema ini relevan dengan kondisi Indonesia saat ini. Tantangan yang semakin besar mengharuskan pemangku kepentingan berpikir dan bekerja lebih keras untuk mencapai ketahanan energi di masa datang.

Dalam menyelesaikan permasalahan ini diperlukan adanya terobosan revolusioner dan juga sinergi seluruh pemangku kepentingan, antara lain pemerintah pusat dan daerah, pelaku industri, akademisi dan publik.

Lapangan East Natuna di perairan Natuna, Kepulauan Riau, yang ditemukan sejak 1973, ditaksir memiliki sumber daya cadangan sekitar 222 trillion standard cubic feet (TCF), dengan sumber daya kontijen sebesar 46 TCF, yang artinya cadangan gas terbesar di Indonesia.

Ladang gas lepas pantai ini menjadi salah satu fokus pengembangan gas di masa yang akan datang selain lapangan gas Masela dan proyek Indonesia Deepwater Development (IDD).

Pengembangan gas di Natuna tersebut mengalami berbagai kendala yang bertahun-tahun belum berhasil diselesaikan pemerintah dari masa ke masa.

Di sisi lain, permintaan gas terus meningkat sehingga produksi pada lapangan ini sangat ditunggu. Besarnya kandungan CO2 yang berkisar 70 persen menjadi tantangan utama yang dihadapi ketika berproduksi selain tantangan lainnya.

Narasumber yang direncanakan hadir dalam simposium diantaranya, Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar, Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) Amien Sunaryadi dan Dirjen Migas Djoko Siswanto.

Ketua Simposium IATMI, Waras Budi Santosa menambahkan seminar diharapkan menjadi ajang memperkuat jejaring dan menyinergikan pemerintahan pusat dan daerah, perusahaan migas dan pendukungnya, profesional migas, akademisi, dan mahasiswa.

Ikatan Ahli Teknik Perminyakan (IATMI) merupakan organisasi nirlaba yang didirikan oleh sekelompok profesional Indonesia yang fokus pada bidang industri perminyakan dan gas.

Pada saat ini IATMI memiliki lebih dari 10.000 anggota tersebar di Indonesia dan beberapa negara di dunia yang terbagi dalam berbagai komisariat.

Baca juga: Petrochina tertarik kembangkan Blok East Natuna
Baca juga: ExxonMobil temui Luhut bahas perkembangan East Natuna