Begini kondisi batik Bantul usai penetapan UNESCO
9 September 2018 23:04 WIB
Batik Tulis Warna Alam Perajin menyelesaikan proses membatik sebelum kembali diberi pewarnaan dari alam di batik tulis Sri Kuncoro, Imogiri, Bantul, Yogyakarta. (ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan)
Bantul (ANTARA News) - Batik di Dusun Giriloyo, Desa Wukirsari, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta, terus mengalami peningkatkan usai ditetapkan sebagai warisan budaya Indonesia oleh UNESCO pada Oktober 2009.
"Batik di awal tahun 1980an memang belum semuanya bisa menikmati hasil, tapi seiring dengan perkembangan zaman terutama tatkala batik ditetapkan sebagai warisan budaya, tempat kami di Giriloyo itu mengalami meningkatan," kata Ketua II Paguyuban Batik Giriloyo Nur Ahmadi di Bantul, Minggu.
Menurut dia, kegiatan membatik di Dusun Giriloyo Wukirsari sudah dimulai sejak 300 tahun lalu atau abad 17 dan dilakukan secara turun temurun, dari yang awalnya dikerjakan beberapa orang, namun saat ini sudah ditekuni ratusan orang warga Giriloyo.
Ia menjelaskan, saat ini kegiatan membatik di Giriloyo selain menjadi kegiatan perekonomian masyarakat juga menjadi daya tarik wisata, apalagi setelah Yogyakarta yang wilayahnya meliputi Bantul ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia pada 2014.
"Jadi terus meningkat, baik itu masalah pendapatan pembatik dari hasil membatiknya ataupun secara paket, karena kami juga mengembangkan batik di Giriloyo menjadi paket wisata seperti ini," katanya.
Dengan demikian, kata dia, ketika produk kerajinan batik tersebut belum laku, maka ketika ada paket wisata membatik yang ditawarkan paguyuban, mereka bisa mendampingi bagaimana cara membatik bahkan menyediakan jasa kepada pengujung.
"Bisa siapkan konsumsi, bahkan ada yang sampai magang itu butuh pengingapan, jadi semasa batik menjadi warisan budaya Indonesia itu ditetapkan itu ada perkembangan sampai dengan tahun ini," katanya.
Nur Ahmadi mengatakan, saat ini Dusun Giriloyo yang menjadi Kampung Batik Giriloyo ini terdapat sebanyak 12 kelompok pembatik yang bergabung dalam paguyuban batik, pertumbuhan kelompok batik ini menandakan bahwa perajin batik sudah semakin berkembang.
"Dari pendapatan dilihat dari perekonomian mereka sudah meningkat, kalau penjualan setiap bulan itu ada evaluasi berapa laku terjual, saya tidak hafal, namun ada peningkatan. Produksi batik tiap kelompok minimal 10 lembar," katanya.
Baca juga: Bantul gelar Festival Batik 2018
"Batik di awal tahun 1980an memang belum semuanya bisa menikmati hasil, tapi seiring dengan perkembangan zaman terutama tatkala batik ditetapkan sebagai warisan budaya, tempat kami di Giriloyo itu mengalami meningkatan," kata Ketua II Paguyuban Batik Giriloyo Nur Ahmadi di Bantul, Minggu.
Menurut dia, kegiatan membatik di Dusun Giriloyo Wukirsari sudah dimulai sejak 300 tahun lalu atau abad 17 dan dilakukan secara turun temurun, dari yang awalnya dikerjakan beberapa orang, namun saat ini sudah ditekuni ratusan orang warga Giriloyo.
Ia menjelaskan, saat ini kegiatan membatik di Giriloyo selain menjadi kegiatan perekonomian masyarakat juga menjadi daya tarik wisata, apalagi setelah Yogyakarta yang wilayahnya meliputi Bantul ditetapkan sebagai Kota Batik Dunia pada 2014.
"Jadi terus meningkat, baik itu masalah pendapatan pembatik dari hasil membatiknya ataupun secara paket, karena kami juga mengembangkan batik di Giriloyo menjadi paket wisata seperti ini," katanya.
Dengan demikian, kata dia, ketika produk kerajinan batik tersebut belum laku, maka ketika ada paket wisata membatik yang ditawarkan paguyuban, mereka bisa mendampingi bagaimana cara membatik bahkan menyediakan jasa kepada pengujung.
"Bisa siapkan konsumsi, bahkan ada yang sampai magang itu butuh pengingapan, jadi semasa batik menjadi warisan budaya Indonesia itu ditetapkan itu ada perkembangan sampai dengan tahun ini," katanya.
Nur Ahmadi mengatakan, saat ini Dusun Giriloyo yang menjadi Kampung Batik Giriloyo ini terdapat sebanyak 12 kelompok pembatik yang bergabung dalam paguyuban batik, pertumbuhan kelompok batik ini menandakan bahwa perajin batik sudah semakin berkembang.
"Dari pendapatan dilihat dari perekonomian mereka sudah meningkat, kalau penjualan setiap bulan itu ada evaluasi berapa laku terjual, saya tidak hafal, namun ada peningkatan. Produksi batik tiap kelompok minimal 10 lembar," katanya.
Baca juga: Bantul gelar Festival Batik 2018
Pewarta: Hery Sidik
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2018
Tags: