Yogyakarta, (ANTARA News) - Perjalanan dunia atletik Indonesia tidak bisa dipisahkan dari sosok seorang Suryo Agung Wibowo.

Pria kelahiran Surakarta pada 8 Oktober 1983 ini, sampai sekarang masih tercatat sebagai manusia tercepat di Tanah Air dan bahkan Asia Tenggara ketika ia memecahkan rekor lari 100m dengan waktu 10,17 detik di SEA Games Laos 2009.

Ia bahkan dua kali tercatat sebagai manusia tercepat Asia Tenggara karena pada SEA Games 2007 di Nakhon Ratchasima, Thailand, ia juga memecahkan rekor dan sekaligus meraih emas dengan catatan 10,25 detik.

Dengan catatan rekor di Laos pada 2009, berarti Suryo Agung berhasil memecahkan kebuntuan yang sudah bertahan selama 20 tahun, yaitu rekor lama dengan catatan 10,20 detik yang dipegang seniornya Mardi Lestari.

Sekarang, waktu sehari-hari Suryo memang sudah tidak banyak lagi di lintasan atletik karena sudah lama pensiun sebagai sprinter karena faktor usia. Dengan usia 35 tahun sekarang, Suryo sudah tidak mungkin lagi mempertahankan kecepatannya.

Suryo sekarang sudah mantap menggeluti profesi yang baru, yaitu sebagai pegawai negeri di Kementerian Pemuda dan Olahraga di Jakarta.

Sebagai birokrat, yaitu Kepala Sub Bidang Pengembangan Bakat, tugas rutin Suryo memang tidak jauh-jauh dari dunia atletik yang telah membesarkannya.

"Tugas saya sekarang di pengembangan bakat untuk cabang angkat besi, dayung, bulu tangkis dan tentu saja atletik. Tapi saya memang lebih fokus di cabang atletik," kata Suryo yang ditemui saat sarapan di sebuah hotel di Yogyakarta, Sabtu.

Suryo ditemui saat berada di Yogyakarta sebagai panitia pusat Kejuaraan Bola Basket Pelajar Asia yang berlangsung di GOR Among Royo pada 8-14 September mendatang.

Event olahraga pelajar tersebut memang berada di langsung dibawah program Suryo, yaitu bagian pembibitan dan pengembangan bakat.

Sebagai mantan sprinter yang masih memegang rekor SEA Games, Suryo mengakui gembira melihat hasil yang diperlihatkan juniornya di Asian Games 2018 yang berakhir 2 September lalu, terutama sprinter muda Lalu Muhammad Zohri.

Zohri, juara dunia junior beberapa waktu lalu di Tampere, Finlandia, bersama rekan-rekannya mampu mengalahkan pelari top China untuk meraih medali perak di nomor estafet 100 meter.

"Saya berharap, Zohri bisa tetap berada pada jalurnya, artinya dia jangan diberikan beban dengan harapan terlalu tinggi pada event berikut. Biarkah dia berproses sesuai dengan tingkatannya," kata Suryo.

Menurut Suryo, dengan usia yang masih muda, yaitu 18 tahun, usia emas pelari asal Lombok itu adalah sekitar 25 tahun.

"Jangan dia dibebankan harus juara pada Olimpiade 2010 di Tokyo nanti misalnya. Semua harus berproses dan tidak bisa instan," katanya menambahkan.


Baca juga: Suryo Agung tetap atlet Jateng