Pengamat: Tunda proyek infrastruktur untuk stabilkan rupiah
5 September 2018 13:20 WIB
Ilustrasi: Pekerja dengan bantuan alat berat beraktivitas pada proyek pembangunan jalan tol Batang-Semarang, di Semarang, Jawa Tengah. (ANTARA /R. Rekotomo)
Jakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi Shanti Ramchand Shamdasani menilai pemerintah perlu menunda pembangunan proyek-proyek infrastruktur yang masih dalam daftar perencanaan (pipeline), sehingga dananya bisa digunakan untuk menstabilkan rupiah.
"Saya usulkan, proyek-proyek yang tadinya sudah pipeline, belum dilaksanakan dan masih bisa diberhentikan, dihentikan dulu. Uangnya digunakan untuk mengamankan rupiah," kata Shanti saat jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Menurut Shanti, yang juga pakar perdagangan internasional itu, pembangunan infrastruktur yang digenjot oleh pemerintahan Joko Widodo(Jokowi)-Jusuf Kalla selama empat tahun terakhir, memang akan sangat bermanfaat pada masa mendatang terutama dalam menghadapi era ekonomi digital.
Namun, lanjutnya, pembangunan proyek-proyek infrastruktur tersebut harus diakui juga membuat ekonomi Indonesia mengalami overheating atau kondisi di mana kapasitas ekonomi tidak mampu lagi mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
"Infrastruktur yang dibangun kali ini akan berguna untuk masa depan, tapi karena sangat cepat, saya juga merasa bahwa pemerintahan Jokowi harus slowdown dulu. Reserved cash yang ada di BI kita pakai dulu untuk talangi dolar. Misalnya proyek PLN yang katanya mau dibatalkan atau ditunda dulu, itu saya rasa sangat bijaksana," kata Shanti.
Nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan. Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 25 poin menjadi Rp14.920 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.895 per dolar AS. Baca juga: Kurs rupiah kembali melemah, tembus Rp14.920
Baca juga: Analis: Sentimen negatif tinggi, akan cukup mudah rupiah tembus Rp15.000
Baca juga: Menhub: Proyek MRT dan LRT akan dievaluasi terkait penggunaan komponen lokal
"Saya usulkan, proyek-proyek yang tadinya sudah pipeline, belum dilaksanakan dan masih bisa diberhentikan, dihentikan dulu. Uangnya digunakan untuk mengamankan rupiah," kata Shanti saat jumpa pers di Jakarta, Rabu.
Menurut Shanti, yang juga pakar perdagangan internasional itu, pembangunan infrastruktur yang digenjot oleh pemerintahan Joko Widodo(Jokowi)-Jusuf Kalla selama empat tahun terakhir, memang akan sangat bermanfaat pada masa mendatang terutama dalam menghadapi era ekonomi digital.
Namun, lanjutnya, pembangunan proyek-proyek infrastruktur tersebut harus diakui juga membuat ekonomi Indonesia mengalami overheating atau kondisi di mana kapasitas ekonomi tidak mampu lagi mengimbangi pertumbuhan ekonomi yang terus meningkat.
"Infrastruktur yang dibangun kali ini akan berguna untuk masa depan, tapi karena sangat cepat, saya juga merasa bahwa pemerintahan Jokowi harus slowdown dulu. Reserved cash yang ada di BI kita pakai dulu untuk talangi dolar. Misalnya proyek PLN yang katanya mau dibatalkan atau ditunda dulu, itu saya rasa sangat bijaksana," kata Shanti.
Nilai tukar rupiah terus mengalami pelemahan. Rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu pagi melemah sebesar 25 poin menjadi Rp14.920 dibandingkan posisi sebelumnya Rp14.895 per dolar AS. Baca juga: Kurs rupiah kembali melemah, tembus Rp14.920
Baca juga: Analis: Sentimen negatif tinggi, akan cukup mudah rupiah tembus Rp15.000
Baca juga: Menhub: Proyek MRT dan LRT akan dievaluasi terkait penggunaan komponen lokal
Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Risbiani Fardaniah
Copyright © ANTARA 2018
Tags: