Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Selasa pagi belum bergerak nilainya atau stagnan di level Rp14.810 per dolar AS dan cenderung rentan terdepresiasi.

Analis Samuel Sekuritas, Ahmad Mikail, di Jakarta, Selasa mengatakan bahwa pergerakan nilai tukar rupiah relatif masih rentan mengalami depresiasi terhadap dolar AS.

"Dolar AS masih cenderung menguat terhadap hampir semua mata uang dunia. Perundingan perdagangan bebas yang buntu antara Amerika Serikat dan Kanada masih mendorong ketidakpastian di pasar," katanya.

Di tengah situasi itu, lanjut dia, investor akan melirik dolar AS sebagai aset aset safe haven, sehingga dapat berdampak pada pelemahan rupiah.

Baca juga: investor meningkatkan aset "safe haven", dolar dan yen menguat

Sementara itu terpantau pada pukul 09.45 WIB, nilai tukar rupiah mengalami depresiasi ke level Rp14.827 per dolar AS.

Ia menambahkan sentimen mengenai data PMI Tiongkok bulan Agustus yang cenderung menurun, juga dapat menjadi sentimen negatif bagi rupiah. Kemungkinan ekspor Indonesia melambat ke Tiongkok akibat perlambatan data itu.

Chief Market Strategist FXTM, Hussein Sayed menambahkan pada pekan lalu, investor berharap perkembangan positif antara Amerika Serikat dan Meksiko dapat meluas ke Kanada, Eropa, dan mungkin Tiongkok. Namun optimisme itu mereda ketika AS gagal mencapai kesepakatan dengan Kanada.

"Trump juga mungkin memperburuk perang dagang apabila ia memutuskan untuk menerapkan tarif 200 miliar dolar AS terhadap barang Tiongkok," katanya.

Baca juga: Ketegangan perdagangan global, dongkrak penguatan dolar tertinggi

Baca juga: Sanksi AS batasi ekspor Iran, picu kenaikan harga minyak