Jakarta (ANTARA News) - Pemerintah RI harus menanggapi Kesepakatan Kemitraan Ekonomi (EPA) dengan Jepang secara agresif, dan tim yang akan dibentuk Menteri Koordinator Ekonomi, Boediono, diharapkan dapat melibatkan semua kalangan sekaligus tidak membuang-buang waktu, kata pengamat ekonomi dan bisnis Asia Timur, Bob Widyahartono MA. "Kalau dalam peperangan ada istilah 'pertahanan terbaik adalah menyerang', maka Pemerintah RI harus agresif melakukan pendekatan nyata kepada pihak Jepang, sehingga tidak kehilangan momentum dan meningkatkan kepercayaan di antara kedua negara," ujarnya kepada ANTARA di Jakarta, Selasa, menanggapi hasil kunjungan Perdana Menteri (PM) Jepang, Shinzo Abe, ke Indonesia. Dosen senior di Fakultas Ekonomi Universitas Tarumanegara (FE Untar) Jakarta itu mengemukakan, Menko Ekonomi perlu mempertimbangkan tim yang khusus berkaitan dengan EPA terdiri atas kalangan praktisi bisnis dari Kamar Dagang dan Industri (Kadin) yang didukung akademisi perguruan tinggi, dan wakil pemerintah. "Tim ini paling tidak harus segera memetakan peluang bisnis dan wilayah mana saja di Indonesia yang menjadi potensi bisnisnya," katanya. Bob Widyahartono menilai, kalangan Kadin juga perlu melibatkan pengusaha berjiwa kewirausahaan (entrepreneurship), sedangkan kalangan akademisi dan pemerintah yang berfungsi sebagai pendukung haruslah memiliki wawasan mengenai budaya berbisnis dengan pihak Jepang. "Tim semacam ini harus menjadi pemicu keberhasilan EPA dari pihak Indonesia, dan jangan terlalu banyak jumlah anggotanya karena yang penting adalah kemampuannya yang profesional. Paling banyak tujuh orang, sehingga pihak Jepang dapat menggapnya sebagai Tujuh Samurai EPA dari Indonesia," ujarnya. Ia menilai, sejumlah akademisi dari perguruan tinggi negeri dan swasta di Jakarta maupun di daerah yang memiliki pusat studi ekonomi bisnis dapat dilibatkan untuk mencari peluang bisnis untuk menyukseskan EPA, misalnya menyusun sejumlah kelompok wilayah (cluster) yang dapat menunjang potensi bisnis bagi pengusaha Jepang di Indonesia, maupun mencari peluang pasar ke Jepang. Selain itu, mereka dapat dilibatkan sebagai mentor bagi kalangan pengusaha Indonesia guna meraih peluang dari dunia usaha dari Jepang. "EPA harus kita tindaklanjuti dengan serangkaian cara yang profesional, dan jangan dianggap main-main. Oleh karena, Indonesia adalah pasar yang kuat bagi Indonesia. Selain itu, Jepang tentunya juga memanfaatkan Indonesia untuk membuka pasarnya di ASEAN. Itu sebabnya kita harus agresif menyerang kebutuhan Jepang," demikian Bob Widyahartono. (*)