London (ANTARA News) - Dubes RI untuk Federasi Rusia dan Republik Belarus, M Wahid Supriyadi bersama Rektor Universitas Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Saint Petersburg, Prof Dr Alexander S Zapesotsky, para guru besar dan tamu undangan dari kalangan diplomat, pejabat pemerintah, seniman dan tokoh masyarakat, secara bersama-sama membunyikan lonceng mini menandai dimulainya tahun ajaran baru di Rusia pada tanggal 1 September lalu.
Ratusan mahasiswa yang hadir dan pihak keluarga serta tamu undangan lainnya juga turut membunyikan lonceng mini yang dipegang masing-masing secara serentak, demikian Kepala Fungsi Pensosbud KBRI Moskow, Adiguna Wijaya kepada Antara London, Senin.
Dubes Wahid dalam sambutannya mengharapkan para mahasiswa bercita-cita lah menjadi apa saja yang diinginkan dan galilah ilmu setinggi-tingginya untuk mewujudkan cita-cita tersebut.
"Bukan tidak mungkin dalam waktu antara 30-40 tahun mendatang, kalian akan duduk di barisan VIP ini sebagai profesor, gubernur, walikota atau bahkan duta besar," kata Dubes Wahid disambut tepuk tangan meriah para mahasiswa baru, ketika memberikan sambutan di hadapan sekitar 900 mahasiswa dan undangan.
Dubes berkesempatan memberikan kuliah umum di depan sekitar 300 mahasiswa, bertajuk "Indonesia-Russia: From Soekarno-Khrushchev to Current Challenges". Ia juga membahas seputar hubungan bilateral kedua negara ditinjau dari sejarah pre-kemerdekaan sampai kondisi dunia saat ini dan tantangan yang dihadapi kedua negara.
Dikatakannya setelah masa keemasan pertama masa pemerintahan Soekarno di Indonesia dan Nikita Khrushchev di Uni Soviet, maka saat ini kedua negara memasuki masa keemasan kedua di bawah pemerintahan Presiden Joko Widodo dan Presiden Vladimir Putin.
Diakui kedua negara mengalami masa stagnansi di masa Pemerintahan Orde Baru yang anti komunis, namun perlahan hubungan semakin membaik, khususnya sejak bubarnya Uni Soviet. Kedua negara memiliki kesamaan aspek sebagai bangsa yang multi-etnis dan multi-agama, dengan luas wilayah yang sangat besar.
Namun kedua negara dinilai kurang melakukan PR (public relations), sehingga kurang dikenal secara luas. "Banyak yang menganggap Rusia saat ini kelanjutan dari Uni Soviet dan orang Rusia lebih mengenal Bali daripada Indonesia," ujarnya.
Untuk itu, Dubes mengajak kedua negara untuk lebih mempererat hubungan bukan saja di tingkat pemerintah, tetapi juga di tingkat bisnis dan masyarakat atau P to P.
"Festival Indonesia yang diadakan tiga kali oleh KBRI Moskow didesain untuk itu dan hasilnya cukup nyata. Perdagangan kedua negara naik 25% menjadi USD 3,27 milyar dan turis Rusia meningkat 37 persen menjadi lebih dari 110 ribu orang tahun lalu. Sebaliknya, lebih dari 20 ribu turis asal Indonesia berkunjung ke Rusia tahun yang sama atau meningkat lebih dari 300 persen," ujar Dubes Wahid.
Diingatkan juga bahwa tantangan saat ini tidaklah ringan, dengan munculnya tren baru de-globalisasi dan ancaman terorisme dan radikalisme.
Universitas Ilmu Sosial dan Kemanusiaan Saint Petersburg berdiri sejak 1926 dan saat ini menjadi salah satu universitas swasta terkemuka di Rusia. Universitas ini memiliki lima fakultas, yaitu Budaya, Seni, Ekonomi, Hukum dan Studi Konflik.
Jumlah mahasiswa saat ini sekitar 12.000 orang. Universitas ini memiliki tujuh kampus berada di berbagai kota di Rusia dan satu kampus berada di luar Rusia, yaitu di Kazakhstan.
Sementara itu dalam kesempatan terpisah di hari yang sama, Dubes Wahid didampingi Konsul Kehormatan RI di Saint Petersburg, Valery Radchenko, mengadakan pertemuan dengan Wakil Ketua Komite Hubungan Eksternal Pemerintah Saint Petersburg, Viacheslav Kalganov.
Pertemuan membahas mengenai rencana tindak lanjut hubungan antar propinsi (sister province) antara Saint Petersburg dengan Daerah Istimewa Yogyakarta dan Jawa Timur. Dalam waktu dekat, Pemerintah Kota Federal Saint Petersburg akan mengirim pejabat dan kalangan bisnisnya untuk berkunjung ke Yogyakarta dan Surabaya, guna merealisasikan kerja sama tersebut.
Laporan dari London
Dubes bunyikan lonceng tandai ajaran baru Rusia
3 September 2018 07:13 WIB
Duta Besar Republik Indonesia untuk Federasi Rusia merangkap Republik Belarus, M Wahid Supriyadi. (ANTARA News/Suwandy)
Pewarta: Zeynita Gibbons
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2018
Tags: