Sekjen PPP berharap Asian Games 2018 inspirasi Pemilu damai
1 September 2018 14:38 WIB
Dokumentasi pesilat nasional, Hanifan Kusumah, saat memeluk secara bersamaan Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum PB IPSI, Prabowo Subianto, di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta Timur, Rabu (29/8). Foto adegan-adegan serupa ini menjadi viral di mana-mana dan mendapat respons positif dari publik. (ANTARA News/Fiqih Arfani)
Jakarta (ANTARA News) - Sekretaris Jenderal DPP PPP, Arsul Sani, berharap Asian Games 2018 bisa menjadi inspirasi untuk mewujudkan Pemilihan Presiden 2019 yang damai.
Dikutip dari siaran pers di Jakarta, Sabtu, dia mengatakan, sikap peraih medali emas pencak silat, Hanifan Y Kusumah, yang secara spontan memeluk Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto, secara bersamaan mewakili perasaan masyarakat yang menginginkan persaingan antarcalon presiden tetap dalam suasana persaudaraan.
Prabowo saat pertandingan final laga pencak silat Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta Timur, itu hadir dalam kapasitasnya sebagai ketua umum PB IPSI, induk olahraga pencak silat se-Indonesia.
"Inisiatif Hanifan untuk menyatukan Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto dalam suatu pelukan itu sebagai aspirasi mayoritas mutlak masyarakat Indonesia yang menghendaki bahwa kontestasi Pilpres seyogyanya damai, sejuk, dan tidak keluar dari kerukunan pribadi-pribadi antarcalon dan masing-masing pendukungnya," kata Asrul.
Menurut dia, diakui atau tidak peristiwa pelukan Hanifan bersama-sama dengan di kandidat capres di arena Asian Games itu mampu menyejukkan suhu politik yang menghangat menjelang Pemilihan Presiden 2019.
Anggota Komisi III DPR itu mengingatkan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa lebih penting daripada kontestasi dengan menggunakan cara-cara yang tidak sehat.
Menurut dia, kondisi yang kurang kondusif di tengah masyarakat akibat perbedaan pilihan atau dukungan bisa memicu ancaman lain berupa intoleransi, bahkan bisa disusupi kelompok yang ingin menghancurkan NKRI.
"Momen pelukan tersebut memberi makna mari mulai hari ini kontestasi Pilpres tidak provokatif, tidak saling menyebarkan kebencian, dan berproses tanpa harus mengorbankan persatuan dan kesatuan bangsa," kata dia.
Dikutip dari siaran pers di Jakarta, Sabtu, dia mengatakan, sikap peraih medali emas pencak silat, Hanifan Y Kusumah, yang secara spontan memeluk Presiden Joko Widodo dan Ketua Umum DPP Partai Gerindra, Prabowo Subianto, secara bersamaan mewakili perasaan masyarakat yang menginginkan persaingan antarcalon presiden tetap dalam suasana persaudaraan.
Prabowo saat pertandingan final laga pencak silat Asian Games 2018 di Padepokan Pencak Silat TMII, Jakarta Timur, itu hadir dalam kapasitasnya sebagai ketua umum PB IPSI, induk olahraga pencak silat se-Indonesia.
"Inisiatif Hanifan untuk menyatukan Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto dalam suatu pelukan itu sebagai aspirasi mayoritas mutlak masyarakat Indonesia yang menghendaki bahwa kontestasi Pilpres seyogyanya damai, sejuk, dan tidak keluar dari kerukunan pribadi-pribadi antarcalon dan masing-masing pendukungnya," kata Asrul.
Menurut dia, diakui atau tidak peristiwa pelukan Hanifan bersama-sama dengan di kandidat capres di arena Asian Games itu mampu menyejukkan suhu politik yang menghangat menjelang Pemilihan Presiden 2019.
Anggota Komisi III DPR itu mengingatkan bahwa persatuan dan kesatuan bangsa lebih penting daripada kontestasi dengan menggunakan cara-cara yang tidak sehat.
Menurut dia, kondisi yang kurang kondusif di tengah masyarakat akibat perbedaan pilihan atau dukungan bisa memicu ancaman lain berupa intoleransi, bahkan bisa disusupi kelompok yang ingin menghancurkan NKRI.
"Momen pelukan tersebut memberi makna mari mulai hari ini kontestasi Pilpres tidak provokatif, tidak saling menyebarkan kebencian, dan berproses tanpa harus mengorbankan persatuan dan kesatuan bangsa," kata dia.
Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2018
Tags: