Dapat pendidikan gratis, siswa Lebak tidak lagi putus asa
1 September 2018 07:20 WIB
Ilustrasi. Pendidikan Banten Seorang guru mengajar dua kelas sekaligus di ruangan terbuat dari bambu di SD Negeri Girijagabaya, di Kampung Sinarjaya, Muncang, Lebak, Banten, Rabu (27/11). Banten merupakan provinsi ke-6 terbesar nilai APBD-nya yang saat ini mencapai Rp6,3 triliun per tahun. (ANTARA FOTO/Asep Fthulrahman)
Lebak, Banten (ANTARA News) - Peraturan Gubernur (Pergub) Nomor 31 Tahun 2018 tentang Pendidikan Gratis SMA/SMK dan sederajat pada siswa dan masyarakat mendapat apresiasi siswa Kabupaten Lebak, Banten, yang mengaku tidak lagi putus asa dalam upaya menggapai cita-cita.
"Kami sebagai siswa dari keluarga tidak mampu tentu menyambut positif pendidikan gratis," kata Opik, seorang siswa Kelas II SMAN 1 Muncang Kabupaten Lebak, Banten, Jumat.
Sejumlah siswa SMA/SMK di Kabupaten Lebak merasa senang diterapkannya pendidikan gratis yang digulirkan Gubernur Banten Wahidin Halim karena dianggap tidak lagi membebani orang tua. Kini, dirinya dan orang tua sudah tidak memikirkan lagi biaya pendidikan karena sudah digratiskan oleh pihak sekolah.
Pendidikan gratis jenjang SMA/SMK tentu menjadikan harapan untuk menggapai cita-cita. Sebelumnya, Opik mengaku hampir putus asa dan berniat berhenti sekolah karena menunggak biaya sumbangan partisipasi pendidikan (SPP) bulanan hingga Rp700 ribu saat duduk di kelas 10.
Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), kini pihak sekolah menggratiskan biaya pendidikan sebesar Rp1,1 juta per siswa per tahun karena sudah ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Banten.
"Kami tentu merasa senang dan tenang tidak memikirkan biaya SPP bulanan itu," kata Opik yang mengaku orangtuanya berprofesi buruh tani.
Baca juga: Siswa tidak mampu di Jawa Barat gratis biaya sekolah swasta
Baca juga: Semarang rintis SD-SMP swasta gratis mulai 2018
Begitu juga Gunawan, seorang siswa SMKN 1 Rangkasbitung yang mengaku dirinya cukup lega setelah sekolah digratiskan pemerintah sehingga tidak memikirkan biaya pendidikan.
Kini, Gunawan merasa sangat senang dan tenang belajar karena tidak harus memikirkan biaya bulanan. Sebelumnya, dirinya sempat berpikir untuk putus sekolah saat kelas 10 setelah delapan bulan belum melunasi biaya SPP.
"Kami mengapresiasi sekolah gratis sehingga siswa dari keluarga tidak mampu secara ekonomi bisa melanjutkan pendidikan," kata Gunawan yang orangtuanya menjadi pedagang keliling dan sudah tidak mampu membiayai pendidikan anaknya.
Kepala SMAN 1 Muncang Kabupaten Lebak, Sutarno mengatakan pihaknya sedang menyosialisasikan Pergub Nomor 31 Tahun 2018 tentang Pendidikan Gratis SMA/SMK dan sederajat pada siswa dan masyarakat ini.
Pendidikan gratis itu secara psikologi akan mendorong para siswa fokus belajar saja karena sudah tidak memikirkan biaya sekolah. Selain itu juga tidak membebani ekonomi orang tua, apalagi siswa di sini kebanyakan dari kalangan keluarga tidak mampu, kata Sutarno.
Kebanyakan orang tua mereka berprofesi buruh tani, buruh bangunan dan pengojek motor. "Sekarang kami minta siswa benar-benar belajar karena biaya pendidikan gratis," katanya.
Sutarno mengatakan siswanya yang kebanyakan tinggal di pelosok-pelosok desa terpencil di Kabupaten Lebak kini mereka bersemangat berlajar tanpa biaya pendidikan itu. Kehadiran siswa untuk mengikuti proses kegiatan belajar mengajar (KBM) cukup tinggi dan tidak terdapat izin.
Proses KBM mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB dengan jumlah siswa sebanyak 520 anak dan 28 guru. "Kami yakin pendidikan gratis itu bisa mengendalikan putus sekolah jenjang SMA/SMK," Ujar Sutarno.
Baca juga: Program sekolah gratis di Sumsel tetap dilanjutkan
Baca juga: Pemilik sekolah gratis di Lombok Timur kesulitan terpal
"Kami sebagai siswa dari keluarga tidak mampu tentu menyambut positif pendidikan gratis," kata Opik, seorang siswa Kelas II SMAN 1 Muncang Kabupaten Lebak, Banten, Jumat.
Sejumlah siswa SMA/SMK di Kabupaten Lebak merasa senang diterapkannya pendidikan gratis yang digulirkan Gubernur Banten Wahidin Halim karena dianggap tidak lagi membebani orang tua. Kini, dirinya dan orang tua sudah tidak memikirkan lagi biaya pendidikan karena sudah digratiskan oleh pihak sekolah.
Pendidikan gratis jenjang SMA/SMK tentu menjadikan harapan untuk menggapai cita-cita. Sebelumnya, Opik mengaku hampir putus asa dan berniat berhenti sekolah karena menunggak biaya sumbangan partisipasi pendidikan (SPP) bulanan hingga Rp700 ribu saat duduk di kelas 10.
Melalui Bantuan Operasional Sekolah Daerah (BOSDA), kini pihak sekolah menggratiskan biaya pendidikan sebesar Rp1,1 juta per siswa per tahun karena sudah ditanggung oleh Pemerintah Provinsi Banten.
"Kami tentu merasa senang dan tenang tidak memikirkan biaya SPP bulanan itu," kata Opik yang mengaku orangtuanya berprofesi buruh tani.
Baca juga: Siswa tidak mampu di Jawa Barat gratis biaya sekolah swasta
Baca juga: Semarang rintis SD-SMP swasta gratis mulai 2018
Begitu juga Gunawan, seorang siswa SMKN 1 Rangkasbitung yang mengaku dirinya cukup lega setelah sekolah digratiskan pemerintah sehingga tidak memikirkan biaya pendidikan.
Kini, Gunawan merasa sangat senang dan tenang belajar karena tidak harus memikirkan biaya bulanan. Sebelumnya, dirinya sempat berpikir untuk putus sekolah saat kelas 10 setelah delapan bulan belum melunasi biaya SPP.
"Kami mengapresiasi sekolah gratis sehingga siswa dari keluarga tidak mampu secara ekonomi bisa melanjutkan pendidikan," kata Gunawan yang orangtuanya menjadi pedagang keliling dan sudah tidak mampu membiayai pendidikan anaknya.
Kepala SMAN 1 Muncang Kabupaten Lebak, Sutarno mengatakan pihaknya sedang menyosialisasikan Pergub Nomor 31 Tahun 2018 tentang Pendidikan Gratis SMA/SMK dan sederajat pada siswa dan masyarakat ini.
Pendidikan gratis itu secara psikologi akan mendorong para siswa fokus belajar saja karena sudah tidak memikirkan biaya sekolah. Selain itu juga tidak membebani ekonomi orang tua, apalagi siswa di sini kebanyakan dari kalangan keluarga tidak mampu, kata Sutarno.
Kebanyakan orang tua mereka berprofesi buruh tani, buruh bangunan dan pengojek motor. "Sekarang kami minta siswa benar-benar belajar karena biaya pendidikan gratis," katanya.
Sutarno mengatakan siswanya yang kebanyakan tinggal di pelosok-pelosok desa terpencil di Kabupaten Lebak kini mereka bersemangat berlajar tanpa biaya pendidikan itu. Kehadiran siswa untuk mengikuti proses kegiatan belajar mengajar (KBM) cukup tinggi dan tidak terdapat izin.
Proses KBM mulai pukul 07.30 WIB sampai dengan pukul 15.30 WIB dengan jumlah siswa sebanyak 520 anak dan 28 guru. "Kami yakin pendidikan gratis itu bisa mengendalikan putus sekolah jenjang SMA/SMK," Ujar Sutarno.
Baca juga: Program sekolah gratis di Sumsel tetap dilanjutkan
Baca juga: Pemilik sekolah gratis di Lombok Timur kesulitan terpal
Pewarta: Mansyur
Editor: Virna P Setyorini
Copyright © ANTARA 2018
Tags: