Ginting, demikian ia akrab disapa, harus melakoni tiga gim. Pada gim ketiga, Ginting sempat tertinggal 3-6, pelan-pelan ia menyusul dan kedudukan kembali imbang 9-9, bahkan kemudian memimpin 11-10 pada interval game ketiga.
Saat unggul 16-12, Ginting nyaris tersusul oleh Shi, hingga kedudukan menjadi 16-15. Ginting kemudian berhenti sejenak di pinggir lapangan untuk meminta pertolongan.
Tim medis menyemprotkan cairan penahan rasa sakit di paha kirinya.
Ginting lalu melanjutkan pertandingan dengan kondisi sambil menahan sakit. Pada kedudukan 18-18, Ginting mendapat kartu kuning karena dinilai menunda jalannya permainan.
Saat itu, Ginting sudah kesulitan berjalan. Tidak menyerah dan meskipun dalam kondisi kesakitan, Ginting sempat menahan skor 20-20. Ginting akhirnya memutuskan mundur karena rasa sakit yang dialami semakin menguat hingga tidak sanggup berdiri.
Usai pertandingan, PP PBSI memastikan Ginting mengalami kram kaki. Sekretaris Jenderal PP Persatuan Bulutangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Achmad Budiharto usai pertandingan mengatakan Ginting sudah merasakan sakit di kakinya sejak pertengahan gim ketiga.
"Rasa sakit akibat kram dirasakan paling kuat di betis. Apalagi, Ginting juga mengalami dehidrasi sehingga tarikan kram semakin kuat,” katanya.
Baca juga: PBSI pastikan Anthony Ginting segera pulih
Baca juga: Jokowi jenguk Anthony Ginting di Istora
Lalu apakah penanganan pertama saat Ginting mengalami kram kaki sudah tepat?
Dalam sebuah video unggahan Halo Medifit, seorang bernama Winardi Diding melakukan analisis dengan dr. Veranika Darmidy, Sp.KO.
Winardi yang dipanggil coach oleh Dokter Veranika bertanya soal penanganan kram otot yang dialami Anthony Ginting.
"Kalau menurut analisa saya cedera yang dialami Ginting itu merupakan kram otot. Tidak ada trauma, tidak ada keseleo, dan ini terjadi di gim ketiga, reli cukup panjang, pasti dia capek dan kewalahan ya. Kalau menurut saya sudah ada muscle fatigue (kelelahan otot). Itu masuknya ke muscle cramps," jelas dr. Veranika Darmidy, Sp.KO.
Winardi kemudian bertanya apakah penanganan tim medis sudah tepat dengan menyemprotkan sesuatu di betis kaki kiri Ginting?
"Saya juga lihat sih itu. Jadi kalau menurut saya sangat disayangkan sih. Harusnya kalau didiagnosis dari tim medis itu suatu kram otot, maka terapi yang dipilih jangan terapi dingin. Jadi penyemprotan terapi dingin dengan chlor ethyl spray itu tindakan yang tidak tepat," papar Dokter Veranika.
"Karena sifatnya dingin jadi terasa jadi seperti mati rasa. That's why ginting masih bisa bangun dan masih bisa main untuk beberapa waktu kan. Kemudian terjadi serangan kedua karena efek mati rasanya sudah habis," lanjutnya.
Dokter Veranika mengatakan serangan kram otot kedua biasanya terasa lebih berat. Ia pun menyayangkan tindakan terapi dingin yang dilakukan oleh tim medis.
"Seharusnya bila kita sudah tahu itu kram otot yang harus dilakukan simple kok, coach. Kalau kram otot kan itu dia memendek ya. Ototnya berkontraksi secara involunter, tidak bisa dicegah otot," ujar Dokter Veranika.
"Kalau disemprotkan dengan sesuatu yang sifatnya dingin, otot ini akan terus berkontraksi, dia tidak mau melepas. justru yang harus kita berikan terapi panas," jelasnya.
Menurut dia, yang harus dilakukan saat terjadi kram otot adalah meregangkan ototnya dengan melakukan stretching.
"Lalu kita kasih massage (pijit), untuk menciptakan adanya heat panas. kita juga bisa tambahkan sesuatu yang hangat sifatnya, supaya peredaran darahnya lancar. Jadi rileks ototnya. Itu harusnya penanganan kram otot seperti itu," papar Dokter Veranika.
Ia pun memberi edukasi bahwa penanganan terhadap cedera ada dua terapinya, yakni yang bersifat dingin dan bersifat panas.
"Kapan pakai terapi dingin dan terapi panas itu ada rambu-rambunya. Enggak boleh setiap cedera langsung main semprot. Kalau salah itu berakibat fatal," kata Dokter Veranika.
Baca juga: Juara sejati itu bernama Ginting
Baca juga: Ibunda Anthony Ginting tegang nonton putranya hadapi juara dunia