Asian Games 2018
Vietnam kontra UEA, duel "tank" versus "minibus"
31 Agustus 2018 20:20 WIB
Pesepak bola Korea Selatan Heung Min Son (tengah) berebut bola dengan pesepak bola Vietnam saat bertanding pada babak Putra Semifinal Asian Games 2018 di Stadion Pakan Sari, Bogor, Rabu (29/8/2018). (ANTARA FOTO/INASGOC/Dhemas Reviyanto)
Jakarta (ANTARA News) - Perebutan medali perunggu sepak bola putra Asian Games XVIII 2018 yang berlangsung Sabtu (1/9), di Stadion Pakansari, Cibinong, Jawa Barat, mulai pukul 16.00 WIB mempertemukan dua tim yang memiliki perbedaan kualitas di lini belakang, yakni tim U-23 Vietnam dan U-23 Uni Emirat Arab (UEA).
Vietnam memiliki pertahanan skuat "tank" yang susah dibobol. Mereka, bersama Jepang, menjadi tim yang paling sedikit kemasukan gol di sepak bola putra Asian Games 2018 dengan catatan kebobolan tiga gol dari enam laga.
Hebatnya, tiga gol yang bersarang ke gawang Vietnam hanya terjadi pada satu laga, yakni ketika mereka kalah 1-3 dari Korea Selatan di semifinal. Itu berarti, gawang anak-anak asuh Park Hang Seo bersih dari gol di lima pertandingan.
Sementara UEA sudah menderita delapan gol dalam perjalanannya melewati enam laga sampai semifinal. Dibandingkan dengan tank milik Vietnam, pertahanan UEA pun terlihat seperti "minibus" karena skuat yang dilatih Magiet Skorza selalu kebobolan di setiap partai yang diikutinya.
Jika ingin menggapai peringkat ketiga Asian Games 2018, Vietnam pun harus memanfaatkan celah di garis pertahanan UEA ini. Namun, mereka harus siap dibuat frustrasi dengan kekuatan fisik UEA yang cukul merepotkan.
Lihat saja dua laga UEA di perdelapanfinal dan perempatfinal Asian Games 2018, kala menghadapi Indonesia dan Korea Utara. Di sana, UEA sukses memaksakan hasil seri sampai babak tambahan berakhir yang membuat mereka lolos via adu tendangan penalti.
Padahal, saat itu baik Indonesia dan Korut menguasai laga dengan baik. Saat UEA hanya membuat lima tembakan gawang dari 13 percobaan dalam laga yang imbang 2-2 sampai babak tambahan, Indonesia mendominasi pertandingan dengan 53 persen penguasaan bola, membuat 19 tembakan ke gawang, delapan tepat sasaran.
Sementara di partai perempatfinal menghadapi Korut yang tuntas dengan seri 1-1 sampai tambahan 2x15 menit, UEA hanya berhasil membuat delapan percobaan dengan tiga tuju target selama 49 persen penguasaan bola, sementara lawannya menorehkan 18 tembakan ke gawang dengan lima mengarah ke sasaran.
Kekuatan fisik ini bisa menjadi masalah bagi Vietnam. Namun, beruntung Vietnam memiliki pelatih sekaliber Park Hang Seo yang disiplin dan kaya taktik.
Park Hang Seo sendiri merupakan sosok penting di balik status finalis Piala U-23 Asia 2018 milik Vietnam.
Pelatih berusia 59 tahun asal Korea Selatan itu dianggap salah satu yang juru taktik terbaik di Asia untuk level tim nasional.
Dia menjabat asisten pelatih timnas Korea Selatan, dengan pelatih kepala Guus Hiddink, saat mengantarkan negaranya melaju ke semifinal Piala Dunia 2002.
Setelah itu, Hang Seo menjadi pelatih kepala Korsel menggantikan Hiddink dan membawa timnya meraih perunggu Asian Games 2002.
Dengan kondisi di atas, Vietnam berpeluang besar menaklukkan UEA dan merebut medali perunggu Asian Games 2018. UEA juga berkesempatan serupa, tetapi dengan syarat mempertahankan kengototan selama laga masih berlangsung.
Vietnam memiliki pertahanan skuat "tank" yang susah dibobol. Mereka, bersama Jepang, menjadi tim yang paling sedikit kemasukan gol di sepak bola putra Asian Games 2018 dengan catatan kebobolan tiga gol dari enam laga.
Hebatnya, tiga gol yang bersarang ke gawang Vietnam hanya terjadi pada satu laga, yakni ketika mereka kalah 1-3 dari Korea Selatan di semifinal. Itu berarti, gawang anak-anak asuh Park Hang Seo bersih dari gol di lima pertandingan.
Sementara UEA sudah menderita delapan gol dalam perjalanannya melewati enam laga sampai semifinal. Dibandingkan dengan tank milik Vietnam, pertahanan UEA pun terlihat seperti "minibus" karena skuat yang dilatih Magiet Skorza selalu kebobolan di setiap partai yang diikutinya.
Jika ingin menggapai peringkat ketiga Asian Games 2018, Vietnam pun harus memanfaatkan celah di garis pertahanan UEA ini. Namun, mereka harus siap dibuat frustrasi dengan kekuatan fisik UEA yang cukul merepotkan.
Lihat saja dua laga UEA di perdelapanfinal dan perempatfinal Asian Games 2018, kala menghadapi Indonesia dan Korea Utara. Di sana, UEA sukses memaksakan hasil seri sampai babak tambahan berakhir yang membuat mereka lolos via adu tendangan penalti.
Padahal, saat itu baik Indonesia dan Korut menguasai laga dengan baik. Saat UEA hanya membuat lima tembakan gawang dari 13 percobaan dalam laga yang imbang 2-2 sampai babak tambahan, Indonesia mendominasi pertandingan dengan 53 persen penguasaan bola, membuat 19 tembakan ke gawang, delapan tepat sasaran.
Sementara di partai perempatfinal menghadapi Korut yang tuntas dengan seri 1-1 sampai tambahan 2x15 menit, UEA hanya berhasil membuat delapan percobaan dengan tiga tuju target selama 49 persen penguasaan bola, sementara lawannya menorehkan 18 tembakan ke gawang dengan lima mengarah ke sasaran.
Kekuatan fisik ini bisa menjadi masalah bagi Vietnam. Namun, beruntung Vietnam memiliki pelatih sekaliber Park Hang Seo yang disiplin dan kaya taktik.
Park Hang Seo sendiri merupakan sosok penting di balik status finalis Piala U-23 Asia 2018 milik Vietnam.
Pelatih berusia 59 tahun asal Korea Selatan itu dianggap salah satu yang juru taktik terbaik di Asia untuk level tim nasional.
Dia menjabat asisten pelatih timnas Korea Selatan, dengan pelatih kepala Guus Hiddink, saat mengantarkan negaranya melaju ke semifinal Piala Dunia 2002.
Setelah itu, Hang Seo menjadi pelatih kepala Korsel menggantikan Hiddink dan membawa timnya meraih perunggu Asian Games 2002.
Dengan kondisi di atas, Vietnam berpeluang besar menaklukkan UEA dan merebut medali perunggu Asian Games 2018. UEA juga berkesempatan serupa, tetapi dengan syarat mempertahankan kengototan selama laga masih berlangsung.
Pewarta: Michael Siahaan
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2018
Tags: