Bogor (ANTARA News) - Aturan yang merinci mengenai kesepakatan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Indonesia-Australia (Indonesia-Australia Comprehensive Economic Partnership Agreement atau IA-CEPA) ditargetkan selesai pada akhir 2018.
"Tadi kita mendeklarasikan di dalam IA CEPA. Sekarang harus segera dibuat mengenai bahasa hukumnya dan terjemahan dalam dua bahasa yang akan diselesaikan November ini," kata Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito di Istana Bogor, Jumat.
Indonesia dan Australia menyepakati IA-CEPA pada hari ini yang ditandai dengan Presiden Jokowi dan PM Morrison menyaksikan penandatangan deklarasi bersama IA-CEPA yang ditandatangani oleh Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukito dengan Menteri Perdagangan dan Pariwisata dan Investasi Australia Simon Birmingham; nota kesepakatan (MoU) antara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi dan Menteri Perdagangan dan Pariwisata dan Investasi Australia Simon Birmingham.
Selanjutnya MoU antara Kepala Badan Ekonomi Kreatif Triawan Munaf dan Menteri Perdagangan dan Pariwisata dan Investasi Australia Simon Birmingham serta MoU antara Kepala Badan Siber dan Sandi Negara Djoko Setiadi dan "Ambassador for Cyber Affair" Kementerian Luar Negeri Australia Tobias Feakin.
"Kita mulai enam tahun lalu. Ini bukan FTA (free trade agreement), ini CEPA. Kita berbicara 'basic-nya' berbeda, bedanya kita kemitraan dalam kerangka ekonomi secara kesleuruhan. Kalau FTA kan hanya pada dagang, ini juga kepada 'services' (jasa) dan pendidikan untuk membangun kapasitas," ungkap Enggartiasto.
Sejumlah kesepakatan itu misalnya untuk produk garmen, mobil, pendidikan, kesehatan maupun produk dan jasa lainnya.
"Garmen, kemudian mobil. Mobil kita dapatkan yang paling istimewa dibandingkan dengan negara lain karena ini CEPA. Ini ketentuannya kan berapa persen dari 'local content' yang diekspor ke sana. Persyaratan atau kriteria yang diberlakukan oleh negara lain berbeda dengan kita, jadi kita bisa lebih mudah, demikian juga dengan pendidikan dan 'capacity building', bukan hanya perdagangan tapi ekonomi secara keseluruhan," jelas Enggartiasto
Dengan IA-CEPA itu menurut Enggartiasto, perguruan tinggi Australia bisa masuk ke Indonesia.
"Sekarang persoalannya kita hitung, berapa banyak berapa puluh ribu pelajar kita di sana? Kalau dia di sini bisa hemat devisa berapa besar? Yang mereka di sana, tidak ada tuh belajar Bahasa Indonesia dan Pancasila, tapi semuanya sesuai dengan DNI (Daftar Negatif Investasi)," tambah Enggartiasto.
Misalnya untuk kepemilikan rumah sakit, Australia dapat membuat rumah sakit dengan maksimal kepemilikan 67 persen.